TEORI PENDEKATAN BEHAVIOR
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan
pendekatan behavioral diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an. Pendekatan
ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen tokoh behavioral yang memberikan
sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Secara garis
besar sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari sebagai berikut :
1. Clasical
Conditioning
2. Operant
Conditioning
Yang selanjutnya akan lebih jelas di
bahas dalam meklalah ini tentang terapi behavioral.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Hakikat Manusia
B.
Perilaku Bermasalah
C.
Tujuan Konseling
D.
Fungsi dan Peran
Konselor
E.
Pemanfaatan Pengalaman
Konseli dalam Proses Konseling
F.
Hubungan Konselor
Dengan Konseli
G.
Teknik dan Prosedur
Konseling
H.
Kontribusi teori dalam
Konseli
I.
Keterbatasan dan
kritik.
III.
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Manusia
Perilaku
dalam pandangan ini sangat ditentukan oleh pengaruh lingkungannya. Manusia pada
dasarnya di bentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.[1]
Dilihat dari sejarahnya, konseling behavior tidak dapat dipisahkan dengan
riset-riset perilaku belajar pada binatang, sebagaimana yang dilakukan Ivan
Pavlov (abad ke-19) dengan teorinya classical conditioning. Berikutnya adalah
Skinner yang mengembangkan teori belajar operan, dan sejumlah ahli yang secara
terusmenerus melakukat riset dan mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil
eksperimennya.
Secara
umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan perasaan.
Dalam emotif Behavior beranggapan bahwa setiap manusia yang normal memiliki
pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan.
Dalam memandang hakikat manusia behavior memiliki sejumlah asumsi tentang
kebahagiaan dan ketidak bahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan
perasaan itu antara lain:
§ Pada
dasarnya individu adalah unik.
§ Hambatan
psikologis atau emotional adalah akibat dari cara berfikir yang irasional.
§ Berfikir
irasional diawali dengan belajar tidak logis yang diperoleh dri orang tua dan
kultur tempat dibesarkan.[2]
B.
Perilaku
Bermasalah
Perilaku yang
bermasalah dalam pandangan ini dapat dimaknakan sebagaiperilaku atau
kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan.[3]
Menurut model ini gangguan perilaku adalah proses belajar yang salah. Bentuk
kesalahan ada dua kemungkinan.
Pertama, gagal
mempelajari bentuk-bentuk perilaku atu kecakapan adaptif yang diperlukan dalam
hidup. Kegagalan ini dapat bersumber dari tidak adanya kesempatan untuk
belajar.
Kedua, mempelajari
tingkahlaku yang maladaptif. Misalnya, seorang anak yang sesudah dewasa
cenderung agresif dan asosial karena dibesarkan ditengah keluarga yang retak
dengan ayah pemabuk dan senang memukuli istri dan anak-anaknya.[4]
C.
Tujuan
Konseling
Tujuan terapi menempati kedudukan
amat penting dalam terapi behavior. Tujuan umum terapi behavior adalah
menciptakan kondisi baru untuk belajar. Fokus terapi adalah pada faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkah laku sekarang dan apa yang dilakukan untuk merubah
tingkahlaku itu[5]. Tujuan
konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku
konseli, yang di antaranya :
1. Menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
2. Penghapusan
hasil belajar yang tidak adaptif
3. Memberi
pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
4. Membantu
konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan
mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
5. Konseli
belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat
serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
6. Penetapan
tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara
konseli dan konselor.[6]
D.
Fungsi
dan Peran Konselor
Terapi behavior harus
memikul peranan yang bersifat aktif dan mengarahkan dalam perlakuan. Terapis
behavior fungsi khasnya sebagai seorang guru, pengarah dan ahli dalam
mendiagnosa tingkahlaku terganggu dan dalam menentukan prosedur perbaikan, yang
di harapkan dapat menyebabkan tingkahlaku terbaik.[7]
Hakikatnya fungsi dan
peranan konselor terhadap konseli dalam
teori
behavioral ini adalah :
1.
Mengaplikasikan prinsip
dari mempelajari manusia untuk memberi fasilitas
pada penggantian perilaku maladaptif dengan perilaku
yang lebih adaptif.
2.
Menyediakan sarana untuk mencapai
sasaran konseli, dengan membebaskan seseorang dari perilaku
yang mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan nilai
demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki
sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat
secara umum.[8]
E.
Pemanfaatan
Pengalaman Konseli dalam Proses Konseling
Hal unik dalam konseling
Behavioristik adalah adanya peran konseli yang ditentukan dengan baik dan
menekankan pentingnya kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses konseling.
Keterlibatan konseli dalam proses
konseling dalam kenyataannya menjadi lebih aktif, dan tidak hanya sebagai
penerima teknik-teknik yang pasif. Konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah
laku yang baru, sebagai pengganti tingkah laku yang salah suai.
F.
Hubungan
Konselor dengan Konseli
Dalam kegiatan konseling, konselor
memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat
menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan masalah-masalah konseli sehingga
diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling
behavioral amat terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari konselor
dan konseli.
Konseli harus mampu berpartisipasi
dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk berubah, harus
bersedia bekerjasama dalam melakukan aktivitas konseling, baik ketika
berlangsung konseling maupun diluar konseling.[9]
Dalam hubungan konselor dengan konseli ada beberapa
hal yang harus dilakukan, yaitu :
1. Konselor
memahami dan menerima konseli
2. Antara
konselor dan konseli saling bekerjasama
3. Konselor
memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.
G.
Teknik
dan Prosedur Konseling
Prosedur dan terapeutik
yang digunakan oleh terapis behavior sesuai khususnya bagi klien tertentu,
daripada dipilih secara acak. Terapis seringkali sangat kreatif dalam rancangan
intervensi mereka. Menurut Corey taknik-teknik behavior yang dapat digunakan
yaitu:
1. Latihan
Relaksasi
Relaksasi merupakan suatu metode mengajar
orang mengatasi stres yang ditimbulkan oleh kehidupan sehari-hari.
2. Desentisasi
sistematis
Adalah suatu teknik yang sesuai untuk
perlakukan pobia, dan dapat juga digunakan dipergunakan untuk mengatasi
kecemasan.
3. Token
Ekonomies
Kupon ekonomi adalah suatu pendekatan
behavior berdasarkan atas asas-asas kondisioning operan Skinner, termasuk
penguatan.
4. Bentuk-Bentuk
Hukuman
Hukuman adalah suatu intervensi
kondisioning operan yang mengurangi tingkahlaku yang tidak di kehendaki.
5. Metode-Metode
Percontohan (modeling)
Istilah-istilah percontohan (modeling),
belajar dengan mengamati (observational lerning), menirukan (imitation),
belajar sosial (social lerning), dan belajar dengan mengalami.
6. Program
Latihan Asertif
Yaitu merupakan satu bentuk latihan
ketrampilan sosial.
7. Program
Pengolahan Diri
Yaitu orang membuat keputusan-keputusan
berkenaan tingkahlaku khusus yang mereka ingin kendalikan atau rubah.[10]
H.
Kontribusi
Teori dalam Konseling
kontribusi teori dalam konseling
diantaranya:
1) Telah
mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan
menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses konseling.
2) Mengembangkan
perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur.
3) Memberi
ilistrasi bagaimana mengatasi keterbatasan lingkungan
4) Penekanan
bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan perilaku
yang terjadi di masalalu.
I.
Keterbatasan
dan Kritik
Beberapa kritik terhadap konseling
behavioral adalah:
1) konseling
behavioral lebih terkonsentrasi pada teknik
2) meskipun
konselor sering menyatakan persetujuan kepada tujuan klien, akan tetapi
pemilihan tujuan lebih sering ditentukan oleh konselor.
3) Masalah
satu klien sering sama dengan klien lain oleh karena itu tidak menuntut suatu
strategi konseling yang unik
4) Bagi klien
yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka,
tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral.
IV.
KESIMPULAN
Perilaku
dalam pandangan ini sangat ditentukan oleh pengaruh lingkungannya. Manusia pada
dasarnya di bentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Perilaku
yang bermasalah dalam pandangan ini dapat dimaknakan sebagaiperilaku atau
kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan umum
terapi behavior adalah menciptakan kondisi baru untuk belajar. Terapis
behavior fungsi khasnya sebagai seorang guru, pengarah dan ahli dalam
mendiagnosa tingkahlaku terganggu dan dalam menentukan prosedur perbaikan, yang
di harapkan dapat menyebabkan tingkahlaku terbaik.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalh kami selanjutnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi.Bandung:
PT.Eresco, 1998
Latipun. Psikologi
Konseling. Malang: UMM Pres, 2010
Supratiknya. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta:
Kanisius, 1995
Rosjidan.
Pengantar Teori-Teori Konseling. Jakarta,
1988
http://
konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
[2] Latipun. Psikologi Konseling. Malang:
UMM Pres, 2010,hlm,78
[4]Supratiknya. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta:
Kanisius, 1995,hlm.18
[5] Rosjidan. Pengantar Teori-Teori
Konseling. Jakarta, 1988,hlm237
[6] http:// konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
[8] http:// konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar