Daftar Blog Saya

Jumat, 18 Januari 2013

TEORI PENDEKATAN BK


         TEORI  FAMILY SISTEM

             Pendahuluan
           
Akibat struktur dan peran yang dipunyai oleh para anggotanya sangat bervariasi dari suatu masyarakat ke masyarakat lain, sehingga istilah keluarga tidak mudah didefinisikan.  Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang  yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama.  Sedang Morgan (1977) dalam Sitorus (1988) menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu kelompok sosial primer yang didasarkan pada ikatan perkawinan (hubungan suami-istri) dan ikatan kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua-anak) sekaligus. Namun secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari kelompok masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka.
    II.            Rumusan masalah

A.    Definisi keluarga
B.     Fungsi  keluarga
C.     Hakikat manusia
D.    Konsep pendekatan teori keluarga
E.     Tahap-tahap konseling

 III.            Pembahasan

A.    Definisi keluarga

Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat yang terkecil,tetapi tidak selalu ada hubungan darah,ikatan perkawinan atau ikatan –ikatan lain,mereka hidup bersama dalam satu rumah(tempat tinggal),biasanya dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu periuk. (Dep.Kes.RI. 2001)
Keluarga adalah dua atau lebih dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan didalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta memperhatikan suatu kebudayaan. (Salvician G.Bailon dan Maglaya).[2]
Menurut Bowen, keluarga merupakan suatu sistem di mana setiap anggota memiliki peran untuk bermain dan aturan untuk menghormati. Anggota sistem diharapkan untuk menanggapi satu sama lain dengan cara tertentu sesuai dengan peran mereka, yang ditentukan oleh perjanjian hubungan. Dalam batas-batas sistem, pola berkembang sebagai perilaku anggota keluarga tertentu yang disebabkan oleh dan menyebabkan perilaku anggota keluarga lain dengan cara yang dapat diprediksi. Mempertahankan pola yang sama dari perilaku dalam suatu sistem dapat menyebabkan keseimbangan dalam sistem keluarga, tetapi juga untuk disfungsi. Sebagai contoh, jika seorang suami depresi dan tidak bisa menguasai diri, istri mungkin perlu untuk mengambil tanggung jawab lebih untuk mengambil kendur.Perubahan peran yang dapat menjaga stabilitas dalam hubungan, tetapi juga dapat mendorong keluarga menuju keseimbangan yang berbeda[3]

B.     Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:
Ø  Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
Ø  Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
Ø  Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
Ø  Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat
Ø  Fungsi fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan sakit.[4]

C.    Hakikat manusia

Hakikat manusia dalam family systems  secara singkat dapat dijelaskan bahwa manusia dalam perkembangan kehidupannya akan selalu berhubungan dengan sistem kehidupan. Usaha untuk berubah akan difasilitasi dengan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan hubungan atau keluarga secara keseluruhan. Oleh karena itu, pendekatan penanganan secara komprehensif ditujukan pada keluarga. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keluarga merupakan unit interaksional, yang memiliki sejumlah ciri unik sendiri, sehingga memungkinkan untuk terjadinya penilaian yang kurang akurat dari perhatian secara individual tanpa mengamati interaksi anggota keluarga lainnya. Meneliti dinamika internal individu tidak hanya cukup memperhatikan hubungan interpersonal, karena akan memberikan gambaran yang tidak lengkap.
Keluarga memberikan konteks primer untuk memahami bagaimana individu berfungsi dalam hubungan dengan orang lain dan bagaimana mereka berperilaku. Keluarga dipandang sebagai unit fungsional lebih dari kumpulan peranan anggota. Tindakan anggota keluarga secara individual akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga lainnya, dan interaksi mereka memiliki pengaruh timbal balik untuk setiap individu dalam keluarga tersebut yang terjadi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Goldenberg dan Goldenberg (2010) menunjukkan perlunya seorang terapis atau konselor untuk melihat perilaku secara menyeluruh, termasuk semua gejala yang diekspresikan oleh individu, ditambahkannya, orientasi sistem tidak menghalangi untuk menangani dinamika secara individu.
Sebagaimana dengan perkembangan individu, Family Systems dapat dilihat sebagai suatu proses perkembangan yang berkembang dari waktu ke waktu. Model perkembangan kehidupan keluarga meliputi family life cycle (siklus kehidupan keluarga) dan  the family life spiral.[5]

D.    Konsep pendekatan teori keluarga

Membangun Keluarga Kompak dengan Berbagai Pendekatan

1. Pendekatan Teori Struktural
Pendekatan struktural dalam membangun keluarga lebih ditekankan pada konsep bahwa keluarga itu lebih dari sekedar individu-individu biopsychodinamic dari anggota keluarga.Dimana para anggota keluarga saling berhubungan sesuai dengan susunan yang jelas dan pasti untuk menentukan transaksinya.Susunan tersebut meskipun tidak tegas diakui namun secara keseluruhan merupakan struktur keluarga.

2. Pendekatan Teori Komunikasi
Menurut teori komunikasi, semua perilaku adalah komunikasi baik dalam bentuk verbal maupun non verbal. Setiap komunikasi memiliki isi yang akan disampaikan dan perintah (pada umumnya tersirat ). Komunikasi dapat berbentuk gerakan, isyarat, bahasa tubuh, tekanan suara, postur, intensitas atau tekanan terhadap apa yang dibicarakan. Bila hubungan didasarkan pada kesetaraan (equality), maka pola ini bersifat simetris.Pola simetris memungkinkan kedua belah pihak untuk saling terbuka dan dapat memunculkan ‘persaingan’. Sedangkan bila salah satu pihak berada dalam posisi superior dan pihak yang lain dalam posisi inferior, maka pola hubungan tersebut bersifat komplementer. Dalam pendekatan lain, komunikasi dipandang sebagai serangakaian perilaku dan menentukan hubungan antar anggota keluarga.

3. Pendekatan Teori Behaviora.
Penerapan metode behavior dalam keluarga adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip berupa proses belajar individu (human learning) dalam meningkatkan perilaku yang lebih baik maupun dalam merubah perilaku seperti maladaptif, perilaku disfungsional dan problem-problem yang terjadi pada setiap anggota keluarga (Goldenberg, 1985) 10. Pendekatan ini tidak lain adalah pendekatan perilaku yang lebih ditekankan pada bagaimana perilaku orang tua menjadi sumber keteladanan bagi anak.[6]

E.     Tahap-tahapkoseling

Proses dalam konseling keluarga adalah:

     1.        Pengembangan Rapport, merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli. Upaya pengembangan rapport ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni kontak mata; perilaku non verbal (erilaku attending, bersahabat/akrab, hangat, luwes, ramah, jujur/asli, penuh perhatian); dan bahas lisan/verbal yang baik.
     2.        Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnya kemampuan untuk menghargai perasaan masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka agar masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar. Muncul dinamika interaksi dari semua individu yang terlibat dalam konseling.
    3.        Pengembangan alternative modus perilaku. Dalam tahap ini, baik konseli maupun anggota keluarga mengembangkan dan melatihkan perilaku-perilaku baru yang disepakati berdasarkan hasil diskusi dalam konseling. Pada tahap ini muncul home assignment, yaitu mencobakan/mempraktikan perilaku baru selama masa 1 minggu (misalnya) di rumah, kemudian akan dilaporkan pada sesi berikutnya untuk dibahas, dievaluasi, dan dilakukan tindakan selanjutnya. [7]




F.     Teknik-teknik konseling

Teknik-teknik dalam konseling keluarga berkembang dengan pesat memasuki tahun 1970-an. Inovasi teknik terapeutik diperkenalkan termasuk pendekatan behavioral yang dikaitkan dengan masalah-masalah keluarga. Pada tahu 1980-an, konseling perkawinan dan konseling keluarga menjadi satu. Para praktisi dari berbagai disiplin keahlian menjadikan konseling keluarga sebagai ciri propesional mereka. Pada saat sekarang, konseling keluarga lebih menekankan penanganan masalah-masalah secara kontekstual daripada secara terpisah dengan individu-individu. Tantangan yang dihadapi oleh konseling keluarga pada tahun 1980-an adalah mengintegrasikan berbagai pendekatan konseling keluarga dan menggunakan kombinasi-kombinasi dari teknik-teknik yang dibutuhkan untuk populasi-populasi yang berbeda.

Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling keluarga adalah:

a.Sculpting, yaitu teknik yang mengijinkan anggota-anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah hubungan yang ada diantara anggota-anggota keluarga. Konseli dapat menyatakan isi hati dan persepsinya tanpa cemas. Sculpting digunakan untuk mengungkapkan konflik keluarga melalui verbal, baik perasaan maupun tindakan.

 b. Role Playing, yaitu teknik dengan memberikan peran tertentu kepada anggota keluarga. Peran tersebut adalah peran orang lain dikeluarga tersebut. Contohnya anak diminta memainkan peran sebagai ayahnya. Tujuan teknik adalah untuk konseli terlepas dari perasaan penghukuman, tertekan, dan lainnya.
c. Silence, yaitu teknik yang digunakan untuk menunggu suatu gejala perilaku baru muncul, pikiran baru, respons baru. Teknik ini digunakan saat anggota keluarga berada dalam konflik dan frustrasi karena salah satu anggota keluarga yang suka bertindak “kejam”, sehingga mereka datang saat konseling dengan tindakan tutup mulut.
 d. Confrontation, yaitu teknik yang digunakan untuk mempertentangkan pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling keluarga. Tujuannya adalah untuk anggota keluarga saling berterus terang, jujur, dn menyadari perasaan masing-masing.
  e.Teaching via questioning, yaitu teknik mengajar anggota keluarga dengan cara bertanya, contoh: “bagaimana kalau prestasimu menurun? Apakah kamu senang kalau orangtuamu sedih?”
 f. Listening, yaitu teknik yang digunakan agar pembicaraan seorang anggota keluarga didengarkan dengan sabar oleh yang lain. Tujuannya adalah untuk mendengarkan dengan perhatian.
 g. Recapitulating, yaitu teknik mengikthisarkan atau merangkum/menginterpretasi pembicaraan yang bergalau pada setiap anggota keluarga, dengan tujuan agar pembiacaraan menjadi terarah dan terfokus.
 h.Clarification, yaitu teknik yang digunakan untuk memperjelas pernyataan atau perasaan yang diungkapkan secara samar-samar oleh anggota keluarga. Biasanya teknik ini lebih menekankan kepada aspek makna kognitif dari suatu pernyataan verbal konseli atau anggota keluarga lainnya. [8]
 IV.            Kesimpulan

Hakikat manusia dalam family systems  secara singkat dapat dijelaskan bahwa manusia dalam perkembangan kehidupannya akan selalu berhubungan dengan sistem kehidupan. Usaha untuk berubah akan difasilitasi dengan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan hubungan atau keluarga secara keseluruhan.
Keluarga memberikan konteks primer untuk memahami bagaimana individu berfungsi dalam hubungan dengan orang lain dan bagaimana mereka berperilaku. Keluarga dipandang sebagai unit fungsional lebih dari kumpulan peranan anggota.
Membangun Keluarga Kompak dengan Berbagai Pendekatan
1.      Pendekatan Teori Struktural
2.      Pendekatan Teori Komunikasi
3.      Pendekatan Teori Behaviora.

    V.            Penutup

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk mencapai kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pelajaran bagi kita semua.


Daftar pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar