Daftar Blog Saya

Jumat, 18 Januari 2013

TEORI PENDEKATAN BK


TEORI DAN PENDEKTAN GESTALT
I.            PENDAHULUAN
Terapi ini dikembangkan oleh Frederick S. Pearls (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran yakni psikoanalisis, fenomonologis, dan eksistensialisme serta psikologi gestalt.[1] Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Pealrs adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan  jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung  jawab pribadi jika mereka berharap kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada  apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt dalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaanya di sini dan sekarang dengan meyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang.
Oleh karena itu terapi Gestalt pada dasarnya noniterpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataanya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini- dan –sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesadarannya.[2]

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana pandangan tentang hakekat manusia
B.     Apa tujuan konseling
C.     Apa saja fungsi dan peran konselor
D.    Pemanfaatan pengalaman konseli dalam proses konseling
E.     Hubungan konselor dengan konseli
F.      Teknik dan prosedur konseling
G.    Kontribusi teori dalam konseling
H.    Kelebihan dan kekurangan  pendekatan Gestalt
 III.            PEMBAHASAN
A.    Pandangan teori Gestalt tentang hakekat manusia
Pandangan ini menekankan konsep-konsep seperti perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Dalam terapinya, pendekatan Gestalt berfokus pada pemulihan  kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan dikotomi-dikotomi dalam diri. Terapi diarahkan bukan pada analisis, melainkan pada integrasi yang berjalan selangkah demi selangkah dalam terapi sampai klien menjadi cukup kuat untuk menunjang pertumbuhan pribadinya sendiri.
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju pemanduan dan pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu atas penghambat-penghambat  akan meningkat sehingga dia kemudian bisa mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital.[3]
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung  jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan  kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah :
a.       tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya,
b.      merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu,
c.       aktor bukan reaktor,
d.      berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya
e.       dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab
f.       mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan ini memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Dalam pendekatan ini,  kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Dalam pendekatan Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
Pribadi sehat
Menurut Pearls individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ – organ semata. Individu yang sehat adalah yang seimbang antara ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar teori Gestalt.
Menurut Pearls banyak sekali manusia yang mencoba menyatakan apa yang seharusnya dari pada menyatakan apa yang sebenarnya. Perbedaan aktualisasi gambaran diri dan aktualisasi diri benar-benar merupakan kritis pada manusia.
Pribadi yang dinyatakan sehat apabila
1.      Sadar tentang apa yang dilakukan
2.      Sadar tentang apa dirinya dan hambatan yang ada pada drinya
3.      Mampu menghilangkan hambatan dan mengembangkan kesadaran dirinya[4]
Pribadi tidak sehat yaitu adanya pembentukan watak yang salah terhalangi / terhambat dalam kehidupan seseorang yang mengakibatkan energi individu tersebut untuk mencoba menghalangi kecenderungan pengaturan dan yang alamiah dan tidak diarahkan untuk berinteraksi dengan lingkungan secara selektif.
Pribadi tidak sehat seperti:
1.      Kurangnya tanggung jawab
2.      Kurangnya kontak dengan lingkungan
3.       Pengingkaran kebutuhan
4.       Dikotomisasi dimensi diri
5.       Adanya ketergantungan
6.       Kurangnya kesadaran
7.       Adanya resistensi[5]
B.     Tujuan Konseling
Terapi Gestalt memiliki beberapa sasaran penting yang berbeda. Sasaran dasarnya adalah menantang klien agar berpindah dari “didukung oleh lingkungan” kepada “didukung oleh diri sendiri”. Meneurut Pearls (1969a, hlm. 29), sasaran terapi adalah menjadikan pasien tidak bergantung pada orang lain, menjadikan pasien menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih banyak dari pada yang dikiranya.”[6]
Menurut teori Gestalt tujuan konseling adalah membantu klien menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan itu di perlukan:
1.      Usaha membantu penyadaran klien tentang apa yang dilakukannya;
2.      Membantu penyadaran tentang siapa dan hambatan dirinya;
3.      Membantu klien untuk menghilangkan hambatan dalam pengembangan penyadaran diri.[7]
Seligman (2001:265) mengemukakan sejumlah tujuan khusus konseling Gestalt yang bersifat unik, yakni untuk membantu konseli agar mampu untuk :
1)      Mencapai kesadaran diri.
2)      Menghayati hidup pada tataran disini dan sekarang.
3)       Mengungkapkan masalah- masalah pribadi yang tak terselesaikan.
4)      Mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber potensi pribadinya.
5)      Mengurangi ketergantungan pada orang lain atau lingkungan.
6)      Meningkatkan rasa tanggung jawab, membuat pilihan yang tepat dan memperoleh kemampuan diri.
7)      Melakukan kontak yang bermakna dengan semua aspek dirinya, orang lain, dan lingkungannya
8)       Meningkatkan harga diri, penerimaan diri dan aktualisasi dirinya.
9)      Menurunkan polaritas, khususnya polaritas mental dan fisik.
10)  Mengembangkan ketrampilan yang diperlukan untuk mengelola hidupny secara berhasil dengan cara yang tidak merugikan orang lain.
11)  Meningkatkan sense of wholeness, integrasi dan keseimbangan.
Jadi pada intinya Tujuan konseling gestalt adalah membantu konseli mencapai kesadaran diri, menerima diri dan mengintegrasikan kembali bagian-bagian dirinya yang telah ditolak.[8]

C.     Fungsi dan Peran Konselor
FUNGSI KONSELOR :
1.      Menyediakan suatu suasana yang memungkinkan klien menemukan kebutuhannya sendiri.[9]
2.      Memberikan perhatian pada bahasa tubuh kliennya.[10]
PERAN KONSELOR :
a.       Sebagai pembantu ahli
b.      Sebagai pengamat
c.       Sebagai ahli bahasa dan komunikasi
d.      Sebagai frusiator
e.        Sebagai agen kreatif
f.       Sebagai guru
Sementara  klien dalam  konseling  Gestalt adalah partisipan-partisipan aktif  yang membuat  penafsiran-penafsiran  dan makna-maknanya  sendiri. Merekalah  yang bertanggungjawab dalam keputusan yang telah mereka ambil secara sadar.
D.    Pemanfaatan Pengalaman Konseli dalam Proses Konseling
Ø  Proses konseling dalam pendekatan Gestalt
a)      Pemolaan (patterning)
Pemolaan terjadi pada awal knseling yaitu situasi yang tercipta setelah konselor memperoleh fakta atau penjelasan mengenai sesuatu gejala, atau suatu permohonan bantuan, dan konselor segera memberikan jawaban. Situasi awal ini diwarnai dengan emosional dan intuitif.
b)      Pengawasan (control)
Kontrol adalah tindakan konselor setelah pemolaan. Kontrol merupakan kemampuan konselor untuk meyakinkan atau memaksa klien untuk mengikuti prosedur konseling yang telah disiapkan konselor yang mungkin mencakup variasi kondisi.
Ada dua aspek penting dalam kontrol yaitu motivasi dan rapport.
c)      Potensi
Yaitu usaha konselor untuk mempercepat terjadinya perubahan perilaku dan sikap serta kepribadian.
d)      Kemanusiaan
Kemanusaan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.       Perhatian dan pengenalan konselor terhadap klien secara pribadi dan emosional
b.      Keinginan konselor untuk mendampinngi dan mendorong klien pada respon emosional atau menjelaskan pengalamannya.
c.       Kemampuan konselor untuk memikirkan perkiraan ke arah kepercayaan klien dan membutuhkan dorongan dan pengakuan.
d.      Keterbukaan konselor yang kontinu sehingga merupakan modal bagi klien untuk perubahan perilkau.
e)      Kepercayaan
Dalam konseling diperlukan kepercayaan, termasuk:
a.       Perhatian dan pengenalan konselor terhadap dii sendiri dalam hal jabatan
b.      Kepercayaan konselor terhadap diri sendiri untuk menangani klien secara individual
c.       Kepercayaan diri untuk mengdakan penelitian dan pengembangan.


Ø  Proses perubahan perilaku klien
1.      Transisi yaitu keadaan klien dari selalu ingin dibantu oleh lingkungan kepada keadaan berdiri sendiri
2.      Avoidance dan unfinished business
Yang termasuk ke dalam unfinished business ialah emosi-emosi, peristiwa-peristiwa, pemikiran-pemikiran yang terlambat dikemukakan klien. Avoidance adalah segala sesuatu yang digunakan klien untuk dari unfinished business.
Ø  Proses dan fase konseling
1.      Fase I, membentuk pola pertemuan terapeutik agar terjadi situasi yang memungkinkan perubahan perilaku klien.
2.      Fase II, pengawasan, yaitu usaha konselor untuk meyakinkan klien untuk mengikuti posedur konseling.
3.      Fase III, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan kecemasannya.
4.      Fase IV (terakhir), setelah terjadi pemahaman diri maka pada fase ini klien harus sudah memiliki kepribadian yang integral sebagai manusia individu yang unik.[11]
E.     Hubungan Konselor dengan Konseli
Praktek  terapi  Gestalt  yang  efektif  melibatkan  hubungan  pribadi  ke  pribadi antara  terapis dan  klien.  Yang  penting  adalah  terapis secara  aktif  berbagi persepsi-persepsi  dan  pengalaman-pengalaman  saat  sekarang  ketika  dia menghadapi klien di sini dan sekarang. Disamping itu, terapis memberikan umpan balik,  terutama  yang  berkaitan  dengan  apa  yang  dilakukan  oleh  klien  melalui tubuhnya. Terapi harus menghadapi klien dengan  reaksi-reaksi yang  jujur dan langsung  serta  menantang  manipulasi-manipulasi  klien  tanpa  menolak  klien sebagai pribadi.[12]
Karakteristik Konselor
·         Penuh kesadaran
·         Bergairah dan bersemangat
·         Humoris, hangat, dan penuh kasih sayang
·          Kreatif
·         Mau memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan klien
·         Mampu mengeksplorasi ketakutan – ketakutan pengharapan pengaturan dan penolakan klien
Karakteristik Klien
·          Aktif dalam menjawab atau memberikan data yang dibutuhkan konselor
·          Meningkatkan kesadaran
·         Bertanggung jawab
·         Menumbuhkan kematangan
·         Menentukan keinginanya[13]
F.      Teknik dan prosedur konseling
Teori ini menggunakan teknik-teknik konfrontasi, menanyai (‘questioning”), menyuruh melakukan (“telling”) dan mengajar (“instructing”) lebih dari pendekatan lain. Kesannya agak “abrupt” dan kurang memperhatikan perasaan konseli. Terapis memberikan kesan “ia tahu segala” yang baik bagi klien, dan dengan jelas ditujukkan hal itu.
Terpis merasa mempunyai tugas mengembalikan pribadinya pada tempatnya dalam keseluruhan/Gestalt atau pada kebutuhan yang terorganisasi.[14]
Teknik-teknik konseling Gestalt meliputi :
1)   Latihan  Dialog.
Konseling gestalt menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam  fungsi kepribadian.  Yang  paling  utama  adalah  pemisahan  antara  :  “top  dog”  dan “underdog”. Teknik kursi kosong adalah suatu cara untuk mengajak klien agar mengeksternalisasi  introyeksinya.  Dalam  teknik  ini  dua  kursi  diletakkan  di tengah  ruangan. Konselor meminta  klien  untuk  duduk di  kursi  yang  satu  dan memainkan peran sebagai  “top dog” dan kemudian pindah ke kursi  lain dan menjadi “underdog”.
2)   Berkeliling 
Adalah  suatu  latihan  konseling Gestalt dimana  klien diminta untuk berkeliling  ke anggota-anggota  kelompoknya  dan  berbicara  atau  melakukan  sesuatu dengan  setiap  anggota  itu.  Maksud  teknik  ini  adalah  untuk  menghadapi, memberanikan dan menyingkapkan diri, bereksperimen dengan  tingkah  laku yang baru.
3)   Latihan saya Bertanggung Jawab
Dalam  tahap  ini,  terpis meminta  untuk  membuat  suatu  pernyataan  dan kemudian menambahkan pada pernyataan itu kalimat “dan saya bertanggung jawab untuk ini”.  Teknik  ini  merupakan  perluasan  kontinum  kesadaran  dan  dirancang  untuk membantu orang agar mengakui dan menerima perasaan-perasaan alih-alih memproyeksikan perasaan-perasaan atau kepada orang lain.
4)   Saya Memiliki Rahasia
Teknik  ini  dimaksudkan  untuk  mengeksplorasi  perasaan-perasaan  berdosa dan malu. Konselings meminta pada klien untuk berkhayal tentang suatu rahasia pribadi  yang  terjaga  dengan  baik.  Membayangkan  bagaimana  perasaan mereka dan bagaimana orang lain bereaksi jika mereka membuka rahasia itu.
5)   Bermain Proyeksi
Dalam permainan “bermain proyeksi” terapis meminta klien yang mengatakan “saya  tidak  bisa  mempercayaimu”  untuk  memainkan  peran  sebagai  orang yang  tidak  bisa  menaruh  kepercayaan  guna  menyingkapkan  sejauh  mana ketidakpercayaan itu menjadi konflik dalam dirinya.
6)   Teknik Pembalikan 
Teori  yang  melandasi  teknik  pembalikan  adalah  teori  bahwa  klien  terjun kedalam  suatu  yang  ditakutinya  karena  dianggap  bisa  menimbulkan kecemasan  dan  menjalin  hubungan  dengan  bagian-bagian  diri  yang  telah ditekan atau diingkarinya. Oleh karena itu, teknik ini bisa membantu para klien untuk  mulai  menerima  atribut-atribut  pribadinya  yang  telah  dicoba diingkarinya.
7)   Tetap dengan Perasaan
Teknik  ini  bisa  digunakan  pada  klien  menunjukkan  pada  perasaan  atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya. Terapis mendesak  klien  untuk  tetap  dengan  atau menahan  perasaan  yang ingin menghindarinya itu.
8)   Permainan Ulangan
Menurut Perls, banyak pemikiran kita yang merupakan pengulangan. Dalam fantasi,  kita  mengulang-ulang  peran  yang  kita  anggap  masyarakat mengharapkan  kita  memainkannya.  Ketika  tiba  saat  menampilkannya, biasanya kita mengalami demam panggung atau kecemasan yakni kita  takut tidak mampu memainkan  peran  kita  itu  dengan  baik.  Pengulangan  internal menghabiskan banyak energi  serga acap  kali menghambat  spontanitas dan kesediaan kita untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.
9)   Permainan melebih – lebihkan
Permainan  ini  berhubungan  dengan  konsep  peningkatan  kesadaran  atas tanda-tanda dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa  tubuh,  gerakan-gerakan,  sikap-sikap  badan,  dan  mimik  muka  bisa mengomunikasikan  makna-makna  yang  penting.  Begitupun  isyarat-isyarat yang  tidak  lengkap.  Klien  diminta  untuk  melebih-lebihkan  gerakan-gerakannya  atau  mimik  muka  secara  berulang-ulang,  yang  biasanya mengitensifkan  perasaan  yang  terpaut  pada  tingkah  laku  dan  membuat makna bagian dalam lebih jelas.
Konseling  Gestalt  adalah  lebih  dari  sekedar  sekumpulan  teknik  atau “permainan-permainan”.  Apabila  interaksi  pribadi  antara  konselings  dan  klien merupakan  inti  dari  proses  terapeutik,  teknik-teknik  bisa  berguna  sebagai  alat untuk membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh.
G.    Kontribusi teori dalam konseling
1.      Pendekatan ini menekankan memberi bantuan pada orang untuk memasukkan dan menerima semua aspek kehidupan. Seorang individu tidak dapat dipahami diluar konteks seluruh orang yang memilih untuk bertindak pada lingkungannya dimasa sekarang (Passons, 1975).
2.      Pendekatan ini membantu klien berfokus pada bidang pemecahan masalah yang belum terselesaikan. Ketika klien dapat menyelesaikannya, hidup dapat dijalani secara produktif.
3.      Pendekatan ini menempatkan penekanan utama pada tindakan bukan hanya bicara. Aktivitas membantu individual mengalami apa sebenarnya proses perubahan itu dan membuat kemajuan yang lebih pesat.
4.      Pendekatan ini fleksibel dan tidak terbatas hanya pada beberapa teknik. Setiap aktivitas yang membantu klien menjadi lebih integratif dapat diterapkan dalam terapi Gestalt.

H.    Kelebihan dan kekurangan  pendekatan Gestalt
Kelebihan
a.       Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
b.      Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
c.       Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
d.      Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
e.       Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
 Kelemahan
a)      Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
b)      Terapi Gestalt cenderung anti intelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
c)      Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
d)     Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
e)      Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.
 IV.            KESIMPULAN
Terapi Gestalt adalah suatu terapi eksistensial yang menekankan pada kesadaran di sini dan sekarang. Fokus utamanya adalah pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pada peran urusan yang tak selesai dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara efektif. Konsep-konsep utamanya mencakup penerimaan tanggung jawab pribadi, hidup pada saat sekarang, pengalaman langsung yang merupakan kabalikan dari membicarakan pengalaman-pengalaman secara abstrak, pengindraan diri, urusan yang tidak selesai, dan penembusan jalan buntu.
Sasaran utamanya adalah menantang klien untuk beralih dari dukungan lingkungan kepada dukungan diri. Ciri-ciri spesifik terapi Gestalt yaitu:
a.       Terapi Gestalt adalah suatu pendekatan konfrontif dan aktif.
b.      Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
c.       Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan pengungkapan perasaan-perasaan langsung, dan menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah-masalah klien.
d.      Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh
e.       Terapi Gestalt menolak mengakui ketidakberdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah
f.       Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna-maknanya sendiri dan membuat penafsiran-penafsiran sendiri.
g.      Dalam waktu yang singkat, para klien bisa mengalami perasaan-perasaannya sendiri secara intens melalui sejumlah latihan Gestalt.




DAFTAR PUSTAKA
Corey Gerald,  Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, 2010, Bandung: PT Refika Aditama
S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek, 2004, Bandung: Alfabeta, CV
Siswohardjono Aryatmi, Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi, 1991, Semarang: Satya Wacana


[1] Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, 2004, Bandung: Alfabeta, CV, hlm. 66
[2] Gerald Corey,  Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, 2010, Bandung: PT Refika Aditama, hlm 117
[3]Ibid, Gerald Corey, hlm. 118
[6] Opcit, Gerald Corey, hlm 123
[7] Opcit, Sofyan S. Willis, hlm. 66-67
[10] Opcit, Gerald Corey, hlm. 128
[11] Opcit, Sofyan S. Willlis, hlm. 67-69
[12] Opcit Gerald Corey, hlm. 131
[14] Aryatmi Siswoharjdono, Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapan di Berbagai Institusi, 1991, Bandung: Satya Wacana, hlm. 226-227