Sikap dan perilaku
I.
PENDAHULUAN
Manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangannya atau sikap perasaannya
tertentu, tapi semua sikap yang manusia tunjukan dibentuk sepanjang
perkembangannya. Sikap berperan besar dalam kehidupan manusia, karena jika
suatu sikap sudah dibentuk pada diri manusia maka sikap itu akan ikut
menentukan caranya berperilaku terhadap objek-objek di sekitarnya.[1]
Sikap merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi,
karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku
perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun demikian,
sikap negatif seseorang terhadap suatu obyek tidak selalu memunculkan tingkah
laku yang negatif terhadap obyek tersebut. Misalnya seorang bawahan yang
mempunyai sikap negatif terhadap tindakan atasannya tidak otomatis menjanjikan
bahwa bawahan tersebut akan berperilaku negatif terhadap pimpinannya.
Hal ini dikarenakan adanya aspek lain yang mempengaruhi munculnya tingkah
laku seseorang. Dalam kaitan perilaku bawahan terhadap atasan diatas, mungkin
saja faktor ketakutan bila ia bertindak negatif maka ia akan dipecat menjadi
salah satu faktor penghambat munculnya perilaku negatif.[2]
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Bagaimana Pengertian Sikap dan Perilaku?
B. Apa sajakah Teori Sikap dan Perilaku?
C. Bagaimanakah Pembentukan Sikap dan Perilaku?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap dan Perilaku
1.
Sikap
Menurut Thurstone sikap adalah “an attitude as the degree of positive
or negative affect associated with some psychological object. By psychological
object Thurstone means any symbol, phrase, slogan, person, institution, ideal,
or idea, toward which people can differ with respect to positive or negative affect”
Thurstone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik positif
maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi positif
adalah afeksi senang sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak
menyenangkan.[3]
Wrightsman (1993) menyatakan bahwa sikap adalah “ …. An evaluation of objects, people or
issues about which an individual has some knowledge” Atau sebuah evaluasi atas
obyek manusia atau ide berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki oleh
individu.
Allport mendefinisikan sikap sebagai “a mental and neural state of
readiness, organized through experience, exerting a directive or dynamic influence
upon the individuals responses to all objects and situations with which it is
related” dari pernyataanya tersebut Allport menekankan pengalaman masa lalu
sangatlah penting dalam membentuk sikap. [4]
Pendapat lain mengatakan sikap adalah organisasi yang relatif menetap
dari perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan, dan kecenderungan perilaku
terhadap orang lain, kelompok, ide atau obyek tertentu (Fishbein dan Ajzen,
1975). Berdasarkan pendapat Fishbein dan Ajzen, terdapat 3 aspek penting dalam
sikap, yaitu aspek afeksi (perasaan), aspek kognisi (keyakinan), aspek konasi
(perilaku).[5]
Sebenarnya definisi sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai
versi oleh para ahli seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun ada tiga
kerangka pemikiran yang dianggap mampu mencakup puluhan definisi sikap.
Pemikiran yang pertama yaitu pemikiran seperti Louis Thurstone, Rensis
Likert dan Charles Osgood, mereka mengatakan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan yang
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau
memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Pemikiran yang kedua dikemukakan oleh ahli seperti Chave,
Bogardus, LaPiere, Mead, dan Gordon Allport. Konsepsi mereka tentang sikap
yaitu bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara-cara tertentu.
Pemikiran yang ketiga kelompok
yang berorientasi pada skema triadik. Menurut kerangka pemikiran ini, sikap
merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang
saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu
objek. [6]
Jadi berdasarkan semua pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
dikatakan bahwa sikap adalah penilaian positif atau negatif terhadap isu, ide,
orang, kelompok sosial, benda dan lain sebagainya.
2.
Perilaku
Pada dasarnya perilaku sering disebut sebagai aktivitas yang dalam arti
luas dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang Nampak (overt behavior)
dan perilaku yang tidak nampak (inert behavioral). Perilaku yang ada
pada individu tidak timbul dengan sendirinya tapi merupakan akibat dari
stimulus yang diterima dari organisme yang bersangkutan baik stimulus internal
dan stimulus eksternal. Namun perilaku lebih sering merupakan respon atau akibat dari stimulus
eksternal.
Kaum behavioris memandang bahwa perilaku adalah respon terhadap stimulus
dimana keadaan dari stimulus itu sendiri sangat berpengaruh dan individu seolah
tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya. Sementara pandangan aliran
kognitif mengenai perilaku adalah bahwa perilaku individu merupakan respon dari
stimulus namun dalam diri individu itu pada kemampuan untuk menentukan perilaku
yang diambilnya. Artinya, bahwa individu dalam keadaan aktif untuk menentukan
perilaku yang ia akan ambil.
Terdapat sebuah pandangan yang mengatakan bahwa sikap merupakan prasarat
untuk terjadinya perilaku, namun harus ditekankan bahwa hal ini tidak lantas
membuat perilaku bergantung seratus persen pada sikap. Intinya perilaku
individu bisa saja tidak sama dengan sikapnya.
B. Teori Sikap dan Perilaku
1. Teori-teori sikap
Secara garis besar teori mengenai sikap dapat
dikelompokan menjadi 3 yaitu:
a. Teori belajar (Learning Theories)
Menurut teori belajar yang dikemukakan Doob (1947) ia menyatakan bahwa
prinsip-prinsip dari classical dan operant conditioning dapat digunakan dalam
proses pembentukan dan perubahan sikap. Dari pandangan teori ini pembentukan
ataupun perubahan sikap merupakan hasil dari proses belajar. Seperti dari
percobaan Pavlov terhadap anjing.
b. Teori konsistensi
Teori ini mengungkapkan bahwa individu cenderung berusaha untuk
memelihara konsistensi antara sejumlah sikap yang dimiliki seseorang
c. Teori respon kognitif
Teori ini lebih menekankan pandangannya pada kenyataan bahwa penerima
informasi mampu menggeneralisasikan pemikiran mengenai pemikiran yang masuk
dalam pikiran mereka dan bukan sekedar memberikan reaksi semata terhadap
informasi-informasi tersebut.[7]
2. Teori perilaku
Beberapa tentang teori perilaku manusia yaitu:
a. Teori insting
Teori ini dikemukakan oleh McDougall ia mengatakan bahwa perilaku
disebabkan oleh insting. Menurutnya, insting adalah perilaku yang innate atau
perilaku bawaan dan insting akan berubah karena pengalaman.
b. Teori dorongan (Drive Theory)
Teori ini menganggap bahwa organisme mempunyai dorongan atau drive
tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme
yang mendorong organisme berperilaku. Apabila organisme ingin memenuhi
kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam dirinya dan jika ia dapat
memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan
tersebut.
c. Teori insentif (Incentive Theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme
disebabkan oleh adanya insentif. Insentif disebut juga sebagai reinforcement,
ada yang positif atau negatif.
d. Teori Atribussi
Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider yang menyatakan bahwa perilaku
itu disebabkan oleh faktor dari dalam yaitu disposisi internal, misalnya sikap,
sifat-sifat tertentu atau aspek internal yang lain dan juga disebabkan oleh
keadaan eksternal, misal situasi. Faktor internal juga disebut atribusi
internal, dan faktor eksternal juga disebut atribusi eksternal.
e. Teori Kognitif
Dengan kemampuan berfikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah
terjadi sebagai bahan pertimbangannya dan melihat apa yang dihadapi pada waktu
sekarang serta dapat melihat kedepan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak.[8]
C. Pembentukan Sikap dan Perilaku
1.
Pembentukan sikap
Seperti
yang telah kita ketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan
dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Dan dalam proses
perkembangan tersebut terdapat berbagai hal yang dapat mempengaruhi pembentukan
sikap individu, kemudian hal ini disebut sebagai faktor pembentuk sikap yang
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: faktor internal dan eksternal.
2.
Pembentukan perilaku
§ Pembentukan perilaku dengan konsidioning atau kebiasaan
Cara ini didasarkan atas teori belajar konsidioning yang dikemukakan oleh
Pavlov, Thorndike dan Skinner. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku
seperti yang diharapkan, akan terbentuklah perilaku tersebut.
§ Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning, pembentukan perilaku
dapat ditempuh dengan pengertian (insight). Cara ini berdasarkan atas
teori belajar kognitif, yaitu belajar yang disertai dengan adanya pengertian,
seperti yang dikemukakan Kohler.
§ Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh
Jadi, perilaku itu dibentuk dengan cara menggunakan model atau contoh
yang kemudian perilaku dari model tersebut ditiru oleh individu. Hal ini didasarkan
atas teori belajar sosial (sosial learning theory) atau observational
learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (1977).[1]
D. Konsistensi Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku sering
dikatakan berkaitan erat, dan hasil penelitian juga memperlihatkan adanya
hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku. Salah satu teori yang bias
menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku yang dikemukakan oleh Fishbein
dan Ajzen. Menurut mereka, antara sikap dan perilaku terdapat satu faktor
psikologis yang harus ada agar keduanya konsisten, yaitu niat (intention).
Worchel dan Cooper (1983) menyimpulkan sikap dan perilaku bias konsisten
apabila ada kondisi sebagai berikut:
a. Spesifikasi sikap dan perilaku
b. Relevansi sikap terhadap perilaku
c. Tekanan normatif
d. Pengalaman
IV.
KESIMPULAN
Sikap adalah penilaian positif atau negatif terhadap isu, ide,
orang, kelompok sosial, benda dan lain sebagainya.Sedangkan tingkah laku adalah
respon terhadap stimulus dimana keadaan dari stimulus itu sendiri sangat
berpengaruh dan individu seolah tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan
perilakunya.
Dalam sikap terdapat beberapa teori, yaitu teori belajar (Learning
Theories), teori konsistensi, teori respon kognitif. Adapun teori yang
terdapat pada perilaku, yakni teori insting, teori dorongan (drive theory),
teori insentif (incentive theory), teori atribussi, teori kognitif.
Sikap dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan, dalam
hal ini ada dua factor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
internal meliputi fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal meliputi
pengalaman,
situasi, norma-norma, hambatan, dan pendorong.
Sikap dan perilaku sering dikatakan berkaitan erat, dan hasil penelitian
juga memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku. Seperti
yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen, yang menyatakan bahwa antara sikap
dan perilaku terdapat satu faktor psikologis yang harus ada agar keduanya
konsisten, yaitu niat (intention).
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah
ini kami susun, kami sadar
dalam makalah ini masih banyak kekurangan dari segi materi maupun penyampaian.
Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangatlah kami harapkan guna perbaikan
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar,
Saifuddin, Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Faturrochman, Pengantar
Psikologi Sosial, Yogyakarta: Pustaka, 2006
Gerungan, W.
A, Psikologi Sosial, Suatu Ringkasan, Jakarta : PT Eresco, 1983
Rukminto,
Isbandi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1994
Walgito, Bimo,
Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta : CV Andi Offset,
2009
[1]
W. A Gerungan, Psikologi Sosial, Suatu
Ringkasan, Jakarta : PT Eresco, 1983, hlm. 151
[2] Isbandi Rukminto, Psikologi, Pekerjaan
Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994, hal. 177
[3] Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yogyakarta :
Andi, 2003, hal : 126
[4] Op.cit, Isbandi Rukminto, hal.178
[5] Faturrochman, Pengantar Psikologi Sosial, Yogyakarta:
Pustaka, 2006, hal. 43-44
[6]
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007, hlm. 4-5
[7] Isbandi Rukminto, Psikologi, Pekerjaan
Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994, hlm. 189-192
[8]
Op.cit, Bimo Walgito, hlm. 19-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar