KONFORMITAS
I.
PENDAHULUAN
Manusia adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling meberikan
pengaruh dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk berinteraksi. Dan di dalam
proses sosial tersebut seseorang akan terpengaruhi oleh individu, kelompok
maupun organisasi masyarakat. Para psikolog sosial telah lama tertarik pada
bagaimana prilaku orang dipengaruhi oleh orang lain dan kelompok. Di dalam
makalah ini kita akan membahas pengaruh sosial salah satunya mengenai
konformitas. Bahwa konformitas itu cara untuk menyesuaikan diri dengan kelompok
dan agar bisa diterima oleh kelompok.
II.
RUMUSAN PERMASALAHAN
A.
Apa Pengertian Konformitas?
B.
Apa Saja Jenis-jenis dari
Konformitas?
C.
Mengapa orang melakukan
konformitas?
D.
Bagaimana Sisi Positif dan Negatif
dari Konformitas?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konformitas
Conformity (konformitas)
adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain
(Cialdini dan Goldstein, 2004). Kebanyakan remaja dianggap bebas memilih
sendiri baju seperti orang lain dalam kelompok sosial mereka, dan karena
mengenakan baju seperti orang lain dalam kelompok sosial mereka, dan karenanya
mengikuti tren busana terbaru.[1]
Konformitas
menurut ( Soerjono Soekanto, 2000) berarti penyesuaian diri dengan masyarakat
dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat. Dalam buku (Kamanto Sunarto, 2004), Jon M Shepard mendefinisikan Conformity
sebagai “the type of social interaction in whichan individual toward other in ways expected by the group”. Jadi konformitas adalah seseorang berprilaku terhadap orang lain sesuai
dengan harapan merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya kelompok. (Kiesler
dan Kiesler, 1969, p.2) “Conformity is a change in behavior or belief as
result of real or imagined group of pressure”. Konformitas tidak hanya
bertindak atau bertingkah laku seperti yang lain lakukan tetapi juga
terpengaruh bagaimana orang lain bertindak.
Contoh dari
konformitas
eksperimen di Columbia University, para subyek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yang diminta memperkirakan jarak
antara gerak suatu titik cahaya dilayar dalam suatu ruang gelap. Dikala
eksperimen dilakukan dengan masing-masing subyek secara terpisah.
Jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu sama lain Muzafer Sherif (1966) yang dikutip oleh Zanden (
1979). Namun manakala eksperimen dilakukan dengan
beberapa orang subyek sekaligus dan para subyek dimungkinkan untuk saling
mempengaruhi, maka jawaban subyek cenderung sama. dari eksperimen ini Sherif
menyimpulkan bahwa kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial.
Dalam hal itu pula dapat disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, konformitas
berarti keselarasan, kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat
dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia
dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.
Contoh: pola memberi sumbangan, pelanggaran lalu lintas. Dll
Dari uraian mengenai berbagai konformitas di atas, dapat disimpulkan bahwa
konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam
mayarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang sudah ada.
(Henslin, 1997) Laki-laki cenderung berprilaku sesuai dengan apa yang
diharapakan dari laki-laki dan perempuan berprilaku seperti orang perempuan.
berprilaku sebagai laki-laki atau perempuan lebih disebabakan karena identitas
diri sebagai laki-laki atau perempuan yang diberikan kepada kita melalui
sosialisasi. Bayi laki-laki dan bayi perempuan diperlakukan berbeda, diberikan
pakaian berbeda, diberi mainan berbeda.
Salah satu hal
yang seseorang lakukan ketika berada dalam sebuah kelompok adalah
konformi yaitu melakukan tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun persepsikan. Jadi apabila seseorang menampilkan perilaku
tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut dikatakan
konformitas. Sikap patuh tetapi
lebih kepada mengalah atau mengikuti tekanan dari kelompok. Perilaku seseorang
yang sama ( seragam ) dengan perilaku orang lain atau perilaku kelompoknya.
Definisi konformitas mengandung tiga hal, yaitu : patuh, perceived group
pressure, dan subjek tidak diminta untuk patuh.[2]
Misalkan anda
diminta hadir dalam sebuah laboratorium psikologi untuk mengikuti eksperimen
mengenai persepsi. Anda akan bergabung
dengan tujuh mahasiswa lainnya yang duduk dalam sebuah ruangan dimana anda ditunjukkan sebuah garis sepanjang
sepuluh inci dan anda diminta menentukan mana dari tiga garis ainnya yang identik dengan garis tersebut.
Jawaban yang tepat, yaitu garis A, terlihat begitu jelas, sehingga anda
terheran heran ketika anggota pertama dalam kelompok memilih garis B,
“penglihatan yang buruk” kata anda, “ia meleset sekitar dua inci!” kemudian
orang kedua juga memilih garis B, “orang bodoh” pikir anda. Namun ketika orang kelima juga memilih garis
B, anda akan mulai merasa raguakan jawaban yang telah anda pilih. Mahasiswa ke
enam dan ke tujuh juga memilih garis B, dan anda mulai menghawatirkan
penglihatan anda sendiri. Eksperimenter
kemudian melihat anda dan berkata, “giliran anda.” Apakah anda akan
mempercayai mata anda sendiri atau mengikuti penilaian kolektif kelompok?
beberapa orang
melakukannya karena mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan kelompok dan
anggota kelompok, serta ingin tampil serupa dengan mereka. Beberapa orang
berharap untuk disukai, beberapa percaya bahwa kelompok memiliki pengetahuan
yang lebih banyak dibandingkan pengetahuan mereka sendiri. [3]
B.
Jenis-Jenis Konformitas
a. compliance yaitu konformitas yang melibatkan tindakan secara
umum untuk menuruti tuntutan sosial padahal secara individu ia tidak menyetujuinya. Misal compliance
yaitu terkadang kita ikut-an apa yang kata umum baik padahal secara pribadi
kita Acceptance yaitu konformitas yang melibatkan baik tindakan maupun
kepercayaan demi keserasian dalam sosial.menyatakan tidak baik sehingga kita
tidak tahu apa yang sebenarnya kita lakukan
b. Acceptance yaitu konformitas yang
melibatkan baik tindakan maupun kepercayaan demi keserasian dalam sosial.[4]
Kapan manusia melakukan konformitas?
a. ketika keputusan sudah dibuat atau pokok
bahasan yang dibicarakan di rasa tidak kompeten.
b.
Konformitas tinggi pada saat tiga atau lebih orang dalam group kohesif,
unanimous mempunyai status sosial yang lebih tinggi.
(kohesi = merasa/mengikat, unanimous= suara
bulat/kesepakatan)[5]
C. Alasan Orang Melakukan Konformita
C. Alasan Orang Melakukan Konformita
1. Informational
influence (pengaruh informasi)
Seorang
turis Amerika yang mencari tahu tiket kereta di Paris mungkin akan mengamati
perilaku orang Paris dengan cermat, memerhatikan kemana mereka membeli tiket,
bagaimana mereka melewati peron dan bagaimana cara mereka mencari gerbong
kereta. Dari mengikuti langkah-langkah dari orang lain yang lebih tahu, turis
itu bisa menguasai dasar-dasar sistem pembelian tiket kereta api di sana.
2.
Pengaruh normatif:
keinginan agar disukai (normative influence)
Keingainan agar
diterima secara sosial (normative influence) seperti keinginan agar orang lain
menerima diri kita, menyukai
kita, dan memperlakukan kita dengan baik. Secara bersamaan, kita ingin
menghindari penolakan, pelecehan, atau ejekan (Janes dan Olson, 2000). Pengaruh
normatif terjadi ketika kita mengubah perilaku kita untuk menyesuaikan diri
dengan norma kelompok atau standar kelompok agar kita diterima secara sosial.
Misalnya, saat kita bersama dengan teman yang sangat menyadari pentingnya kesehatan,
kita mungkin akan memperlihatkan kepadanya bahwa kita sangat suka pada buah dan
ikan segar dan tidak merokok, meskipun kita sesungguhnya tidak begitu suka
dengan makanan itu, ketika kita sendirian, kita mungkin memilih kesukaan kita
sendiri, misalnya makan hamburger atau merokok. Dalam situasi semacam ini,
konformitas menimbulkan perubahan lahiriah di dalam perilaku publik, tetapi
tidak selalu mengubah opini pribadi kita.[1]
Hal-hal yang mempengaruhi adanya
Konformitas
(David O.
Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau, 1985)
a)
Kurangnya Informasi
Orang lain
merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu
yang tidak kita ketahui, dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan
meperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.
b)
Kepercayaan terhadap
kelompok
Dalam situasi konformitas,
individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya
menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang
tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok
sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk
menyelesaikan diri terhadap kelompok.
c)
Kepercayaan diri yang lemah
Salah satu
faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah
tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan
suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri,
semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa yakin akan
kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun tingkat
konformitasnya.
d)
Rasa takut terhadap
celaan sosial
Celaan sosial
memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya
setiap manusia cenderung mengusahakan persetujuan dan menghindari celaan
kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi, sejumlah faktor akan menetukan
bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan itu terhadap tingkat konformitas
individu.
e)
Rasa takut terhadap
penyimpangan
Rasa takut
dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam
semua situasi sosial. Kita tidak mau dilihat sebagai orang lain dari yang lain,
kita tidak ingin tampak seperti orang lain. kita ingin agar kelompok tempat
kita berada menyukai kita, memperlakukan kita dengan baik dan bersedia menerima
kita.
f)
Kekompakan kelompok
Konformitas
juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.
g)
Kesepakatan kelompok
Orang yang
dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang
kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu akan
tampak adanya penurunan tingkat konformitas.
h)
Ukuran kelompok
Konformitas
akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya
sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkaan penelitian yang dilakukan oleh
Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat
konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent
opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh
utama.
i)
Keterikatan pada penilaian bebas
Orang yang
secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih
enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan. Atau
dengan kata lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang
mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.
j)
Keterikatan terhadap Non-Konformitas
Orang yang,
karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal
cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal
menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu.[2]
D. Sisi Positif dan Negatif dari
konformitas
Konformitas
juga memiliki sisi positif dan sisi negatif, dari sisi positif, yaitu
masyarakat akan berfungsi lebih baik ketika orang-orang tahu bagaimana
berperilaku pada situasi tertentu, dan ketika mereka memiliki kesamaan sikap dan tata cara berperilaku.
Kemudian dari sisi negatif juga bisa
menghambat kreatifitas berfikir kritis.[3]
I.
KESIMPULAN
konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam
mayarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang sudah ada. Konformitas juga memiliki sisi
positif dan sisi negatif, dari sisi positif, yaitu masyarakat akan berfungsi
lebih baik ketika orang-orang tahu bagaimana berperilaku pada situasi tertentu,
dan ketika mereka memiliki kesamaan
sikap dan tata cara berperilaku. Kemudian dari sisi negatif juga bisa menghambat kreatifitas berfikir
kritis.
II.
PENUTUP
Demikian
makalah dari kami, mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan penulisan baik yang disengaja maupun tidak sengaja, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Taylor, Shelly E.,
Letitia Anne Peplau, David O. Sears, Psikologi Sosial
(edisi kedua belas), Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009.
Wade, Carole dan Carol Tavris,
psikologi (edisi ke sembilan),
Jakarta: Erlangga, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar