PSIKOLOGI PESAN DAKWAH
I.
Pendahuluan
Dunia dakwah adalah
suatu dimensi Islam di dalam memperluas dan menyebarkannya, di dalam pelaksanaan dan penerapannya menggunakan argumen-argumen
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pedoman umat Islam dunia.[1]Islam
adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan
menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Kemajuan iptek telah
membawa banyak perubahan bagi masyarakat, baik cara berfikir, sikap, maupun
tingkah laku.[2]
Segala persoalan kemasyarakatan yang semakin rumit dan kompleks yang dihadapi
oleh umat manusia adalah merupakan masalah yang harus dihadapi dan diatasi oleh
para pendukung dan pelaksana dakwah.[3]
Karena tujuan utama
dakwah adalah untuk mengajak mad’u
kejalan yang benar yang diridhai Allah. Maka materi dakwah harus bersumber dari
sumber pokok ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan al-Hadist. Namun karena luasnya
materi dari kedua sumber tersebut, maka perlu adanya pembatasan yang
disesuaikan dengan kondisi mad’u.[4]
dalam makalah ini, kami akan membahas tentang psikologi
pesan dakwah.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Pengertian Maddah (materi) Dakwah?
2.
Apa Saja Pesan Dakwah?
III.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian maddah (materi) Dakwah
Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Sumber utamanya adalah al-Qur’an
dan al-Hadits yang meliputi aqidah, syari’ah, muamalah, dan akhlaq dengan
berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.
Menurut WJS.Purwadarminta, pesan adalah: pesan, suruhan (perintah, nasehat, permintaan, amanat) yang
harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain. Menurut AW.Wijaya bahwa pesan adalah
keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya
mempunyai inti (thema) sebagai pengarah di dalam usaha mencapai
perubahan sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara
panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan adalah tujuan akhir
dari proses komunikasi. Pada hakekatnya, pesan-pesan yang disampaikan dalam
proses dakwah bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits. Statement
ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Toto Tasmara bahwa pesan dakwah
adalah semua pernyataan yang bersumberkan al-Qur’an dan as-Sunnah
baik tertulis atau lisan dengan pesan-pesan (risalah).
Materi yang disampaikan oleh seorang da’i harus cocok dengan bidang keahliannya, juga harus cocok dengan metode dan media serta objek
dakwahnya. Dalam hal ini, yang menjadi maddah
(materi) dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.[5]
2.
Isi Pesan Dakwah
Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala
sesuatu yang harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, yaitu
keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul-Nya,
yang pada pokoknya mengandung 3(tiga) prinsip, yaitu:
a.
Aqidah, yang
menyangkut sistem keimanan/kepercayaan terhadap Allah SWT, dan ini menjadi
landasan yang fondamental dalam keseluruhan aktifitas seorang muslim, baik yang
menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya, dan sifat-sifat yang dimilki.
b.
Syariat, yaitu
serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas manusia Muslim di dalam semua
aspek hidup dan kehidupannnya,mana yang boleh dilakukan, dan yang tidak boleh,
mana yang halal dan haram, mana yang mubah dan sebagainya. Dan ini juga
menyangkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya
(Hablun minallah dan Hablun minannas).
c.
Akhlak, yaitu
menyangkut tata cara berhungan baik secara vertikal kepada Allah SWT, maupun
secara horisontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk Allah.[6]
Secara umum, materi dakwah diklasifikasikan menjadi empat
masalah pokok, yaitu :
1.
Masalah Akidah (keimanan)
Aspek akidah adalah yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang
pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah aqidah atau
keimanan.
Ciri-ciri yang
membedakan aqidah dengan kepercayaan agama lain, yaitu:
a.
Keterbukaan melalui
persaksian (syahadat).
b.
Cakrawala pandangan
yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam.
c.
Ketahanan antara iman
dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.
Orang yang memiliki
iman yang benar (hakiki) akan cenderung untuk berbuat baik dan akan menjauhi
perbuatan jahat, karena perbuatan jahat akan berkonsekuensi pada hal-hal yang
buruk. Iman inilah yang berkaitan dengan dakwah Islam dimana amar ma’ruf nahi mungkar dikembangkan
yang kemudian menjadi tujuan utama dari suatu proses dakwah.
2.
Masalah Syari’ah
Hukum atau syari’ah sering disebut sebagai cermin
peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya.
Materi dakwah yang
bersifat syari’ah ini sangat luas dan
mengikat seluruh umat Islam. Disamping mengandung dan mencakup kemaslahatan
sosial dan moral, materi dakwah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
benar dan kejadian secara cermat terhadap hujjah
atau dalil-dalil dalam melihat persoalan pembaruan, sehingga umat tidak
terperosok kedalam kejelekan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah
kebaikan.
3.
Masalah Muamalah
Islam merupakan agama
yang menekankan urusan muamalah lebih
besar porsinya daripada urusan
ibadah. Ibadah dalam muamalah disini
diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka
mengabdi kepada Allah SWT.
Statement ini dapat
dipahami dengan alasan :
a.
Dalam al-Qur’an dan
al-Hadits mencakup proporsi terbesar sumber hukum yang berkaitan dengan urusan
muamalah.
b.
Ibadah yang mengandung
segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat
perorangan.
c.
Melakukan amal baik
dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar dari pada ibadah
sunnah.
4.
Masalah Akhlaq
Secara etimologis,
kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai,
dan tingkah laku atau tabi’at. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlaq berkaitan dengan masalah tabi’at
atau kondisi temperature batin yang mempengaruhi perilaku manusia.
Berdasarkan pengertian
ini, maka ajaran akhlaq dalam Islam
pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari
kondisi kejiwaannya. Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik dengan
ukuran yang bersumber dari Allah SWT. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa apa yang menjadi sifat Allah SWT, pasti dinilai baik oleh
manusia sehingga harus dipraktikkan dalam perilaku sehari-hari.[7]
Pesan-Pesan Dakwah
Pesan-pesan (message) daripada komunikasi ini
secara khas adalah bersumber dari Al-qur’an yang berbunyi sebagai berikut :
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا
يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
Artinya:“(yaitu) orang-orang yang
menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada
merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah
sebagai Pembuat Perhitungan”. ( Q.S. Al-Ahzab : 39 )
Mengenai risalah-risalah Allah ini, Moh. Natsir membaginya dalam tiga bagian pokok, yaitu :
1.
Menyempurnakan hubungan
manusia dengan Khaliq-Nya, hablum minallah atau mu’amalah ma’al
Khaliq.
2.
Menyempurnakan hubungan
manusia dengan sesama manusia hablun minannas atau mua’malah ma’al
Khalqi.
3.
Mengadakan keseimbangan
(tawazun) antara kedua itu, dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan berjalin.
Apa yang disampaikan oleh Moh.
Natsir itu sebenarnya adalah termasuk dalam tujuan daripada komunikasi
dakwah dimana pesan-pesan dakwah hendaknya dapat mencapai sasaran utama
dari kesempurnaan hubungan antara manusia (Khalqi) dengan Penciptanya (Khaliq)
dan mengatur keseimbangan diantara hubungan tersebut (tawazun). Sedangkan yang
dimaksudkan dengan pesan-pesan dakwah itu sendiri sebagaimana digariskan oleh
Alqur’an adalah berbentuk pernyataan maupun pesan (risalah) Al-qur’an dan
Sunnah. Karena Al-Qur’an dan Sunnah itu diyakini sebagai all encompassing
the way of life bagi setiap tindakan kehidupan muslim, maka pesan-pesan
dakwah juga meliputi hampir semua bidang kehidupan itu sendiri. Tidak ada satu
bagianpun dari aktivitas muslim terlepas dari sorotan risalah ini.
Dengan demikian yang dimaksudkan
atas pesan-pesan dakwah itu ialah: semua pernyataan yang bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah baik
tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.[8]
IV.
KESIMPULAN
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan psikologis dengan pesan dakwah yaitu bagaimana kita dapat
berkomunikasi dengan efektif, dlm proses penyampaian pesan dan mengajarkan
serta mepraktikan ajaran Islam secara Kaffah, sehingga mad’u dapat menerima
pesan-pesan yang kita berikan dan mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari.
karena berhasil tidaknya juru dakwah itu tergantung sikap mental dan
pengetahuan juru dakwah itu sendiri dan bagaimana dia itu menyampaikannya.
Karena dari sisi psikologis itu di pelajari mengenai tingkah laku manusia,
proses mental seperti belajar, berfikir, persepsi. psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan
materi dan menetapkan metode dakwah kepada individu manusia yang merupakan
makhluk totalitas (psikofisik) dan memiliki kepribadian baik dari faktor dalam
maupun pengaruh dari luar.
V.
Penutup
Demikianlah makalah ini kami
sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat pemakalah harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Dan akhirnya pemakalah mohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dari
pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pemakalah sendiri khususnya dan para pembaca budiman pada
umumnya dalam kehidupan ini. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Hafi, Pemahaman dan
Pengalaman Dakwah, Surabaya : Al-Ikhlas, 1993.
Anti, Erman Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta
: Rineka Cipta, 1999.
Shaleh, Abd. Rosyad. Manajemen
Dakwah Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1977.
Triatmo, Agus Wahyu, Dakwah Islam Antara Normatif dan Kontektual,
Semarang: Fakda IAIN Walisongo, 2001.
Wahyu Ilahi dan
Munir , Manajemen Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2006.
[1] Prayitno, Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta :
Rineka Cipta, 1999, hal.115
[2] Abd. Rosyad Shaleh. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1977 hal 1
[3] Ibid, hal 3
[4] Agus Wahyu Triatmo, Dakwah Islam Antara
Normatif dan Kontektual, Semarang: Fakda IAIN Walisongo, 2001
[5] http://www.downloadskripsigratis.com/2010/04/005-pesan-pesan-dakwah-dalam-novel.html
tgl 10-05-12
[6]
Hafi Anshari, Pemahaman
dan Pengalaman Dakwah, Surabaya : Al-Ikhlas, 1993. Hal. 146
[8]
Toto Tasmara, Komunikasi
Dakwah, jakarta : Gaya Media Pratama. Hal 42-43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar