Daftar Blog Saya

Selasa, 11 Desember 2012

Psikologi Dakwah


PSIKOLOGI PESAN DAKWAH

I.          Pendahuluan
Dunia dakwah adalah suatu dimensi Islam di dalam memperluas dan menyebarkannya, di dalam pelaksanaan dan penerapannya menggunakan argumen-argumen Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pedoman umat Islam dunia.[1]Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Kemajuan iptek telah membawa banyak perubahan bagi masyarakat, baik cara berfikir, sikap, maupun tingkah laku.[2] Segala persoalan kemasyarakatan yang semakin rumit dan kompleks yang dihadapi oleh umat manusia adalah merupakan masalah yang harus dihadapi dan diatasi oleh para pendukung dan pelaksana dakwah.[3]
Karena tujuan utama dakwah adalah untuk mengajak mad’u kejalan yang benar yang diridhai Allah. Maka materi dakwah harus bersumber dari sumber pokok ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan al-Hadist. Namun karena luasnya materi dari kedua sumber tersebut, maka perlu adanya pembatasan yang disesuaikan dengan kondisi mad’u.[4] dalam makalah ini, kami akan membahas tentang psikologi pesan dakwah.

II.          RUMUSAN MASALAH
1.         Apa Pengertian Maddah (materi) Dakwah?
2.         Apa  Saja Pesan Dakwah?

III.          PEMBAHASAN
1. Pengertian maddah  (materi) Dakwah
Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Sumber utamanya adalah al-Qur’an dan al-Hadits yang meliputi aqidah, syari’ah, muamalah, dan akhlaq dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.
Menurut WJS.Purwadarminta, pesan adalah: pesan, suruhan (perintah, nasehat, permintaan, amanat) yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain.  Menurut AW.Wijaya bahwa pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti (thema) sebagai pengarah di dalam usaha mencapai perubahan sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan adalah tujuan akhir dari proses komunikasi. Pada hakekatnya, pesan-pesan yang disampaikan dalam proses dakwah bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits. Statement ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Toto Tasmara bahwa pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumberkan al-Qur’an dan as-Sunnah baik tertulis atau lisan dengan pesan-pesan (risalah).
Materi yang disampaikan oleh seorang da’i harus cocok dengan bidang keahliannya, juga harus cocok dengan metode dan media serta objek dakwahnya. Dalam hal ini, yang menjadi maddah (materi) dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.[5]
2. Isi Pesan Dakwah
Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul-Nya, yang pada pokoknya mengandung 3(tiga) prinsip, yaitu:
a.         Aqidah, yang menyangkut sistem keimanan/kepercayaan terhadap Allah SWT, dan ini menjadi landasan yang fondamental dalam keseluruhan aktifitas seorang muslim, baik yang menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya, dan sifat-sifat yang dimilki.
b.         Syariat, yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas manusia Muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannnya,mana yang boleh dilakukan, dan yang tidak boleh, mana yang halal dan haram, mana yang mubah dan sebagainya. Dan ini juga menyangkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya (Hablun minallah dan Hablun minannas).
c.         Akhlak, yaitu menyangkut tata cara berhungan baik secara vertikal kepada Allah SWT, maupun secara horisontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk Allah.[6]
Secara umum, materi dakwah diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu :
1.         Masalah Akidah (keimanan)
Aspek akidah adalah yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah aqidah atau keimanan.
Ciri-ciri yang membedakan aqidah dengan kepercayaan agama lain, yaitu:
a.         Keterbukaan melalui persaksian (syahadat).
b.         Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam.
c.         Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.
Orang yang memiliki iman yang benar (hakiki) akan cenderung untuk berbuat baik dan akan menjauhi perbuatan jahat, karena perbuatan jahat akan berkonsekuensi pada hal-hal yang buruk. Iman inilah yang berkaitan dengan dakwah Islam dimana amar ma’ruf nahi mungkar dikembangkan yang kemudian menjadi tujuan utama dari suatu proses dakwah.
2.         Masalah Syari’ah
Hukum atau syari’ah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya.
Materi dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Disamping mengandung dan mencakup kemaslahatan sosial dan moral, materi dakwah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar dan kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terperosok kedalam kejelekan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan.
3.         Masalah Muamalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Ibadah dalam muamalah disini diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.
Statement ini dapat dipahami dengan alasan :
a.         Dalam al-Qur’an dan al-Hadits mencakup proporsi terbesar sumber hukum yang berkaitan dengan urusan muamalah.
b.         Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan.
c.         Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah.
4.         Masalah Akhlaq
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabi’at. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlaq berkaitan dengan masalah tabi’at atau kondisi temperature batin yang mempengaruhi perilaku manusia.
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlaq dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik dengan ukuran yang bersumber dari Allah SWT. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa apa yang menjadi sifat Allah SWT, pasti dinilai baik oleh manusia sehingga harus dipraktikkan dalam perilaku sehari-hari.[7]
Pesan-Pesan Dakwah
Pesan-pesan (message) daripada komunikasi ini secara khas adalah bersumber dari Al-qur’an yang berbunyi sebagai berikut :
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
Artinya:“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan”. ( Q.S. Al-Ahzab : 39 )
Mengenai risalah-risalah Allah ini, Moh. Natsir membaginya dalam tiga bagian pokok, yaitu :
1.    Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliq-Nya, hablum minallah atau mu’amalah ma’al Khaliq.
2.    Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia hablun minannas atau mua’malah ma’al Khalqi.
3.    Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu, dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan berjalin.
Apa yang disampaikan oleh Moh. Natsir itu sebenarnya adalah termasuk dalam tujuan daripada komunikasi dakwah dimana pesan-pesan dakwah hendaknya dapat mencapai sasaran utama dari kesempurnaan hubungan antara manusia (Khalqi) dengan Penciptanya (Khaliq) dan mengatur keseimbangan diantara hubungan tersebut (tawazun). Sedangkan yang dimaksudkan dengan pesan-pesan dakwah itu sendiri sebagaimana digariskan oleh Alqur’an adalah berbentuk pernyataan maupun pesan (risalah) Al-qur’an dan Sunnah. Karena Al-Qur’an dan Sunnah itu diyakini sebagai all encompassing the way of life bagi setiap tindakan kehidupan muslim, maka pesan-pesan dakwah juga meliputi hampir semua bidang kehidupan itu sendiri. Tidak ada satu bagianpun dari aktivitas muslim terlepas dari sorotan risalah ini.
Dengan demikian yang dimaksudkan atas pesan-pesan dakwah itu ialah: semua pernyataan  yang bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.[8]

IV.          KESIMPULAN
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan psikologis dengan pesan dakwah yaitu bagaimana kita dapat berkomunikasi dengan efektif, dlm proses penyampaian pesan dan mengajarkan serta mepraktikan ajaran Islam secara Kaffah, sehingga mad’u dapat menerima pesan-pesan yang kita berikan dan mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari. karena berhasil tidaknya juru dakwah itu tergantung sikap mental dan pengetahuan juru dakwah itu sendiri dan bagaimana dia itu menyampaikannya. Karena dari sisi psikologis itu di pelajari mengenai tingkah laku manusia, proses mental seperti belajar, berfikir, persepsi. psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan metode dakwah kepada individu manusia yang merupakan makhluk totalitas (psikofisik) dan memiliki kepribadian baik dari faktor dalam maupun pengaruh dari luar.
V.          Penutup
Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat pemakalah harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Dan akhirnya pemakalah mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dari pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri khususnya dan para pembaca budiman pada umumnya dalam kehidupan ini. Amin.


























DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Hafi,  Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya : Al-Ikhlas, 1993.
Anti, Erman Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka    Cipta, 1999.
Shaleh, Abd. Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1977.
Triatmo, Agus Wahyu, Dakwah Islam Antara Normatif dan Kontektual, Semarang: Fakda   IAIN Walisongo, 2001.
Wahyu Ilahi dan Munir , Manajemen Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2006.



[1] Prayitno, Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta, 1999, hal.115
[2] Abd. Rosyad Shaleh. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1977 hal 1
[3] Ibid, hal 3
[4] Agus Wahyu Triatmo, Dakwah Islam Antara Normatif dan Kontektual, Semarang: Fakda IAIN Walisongo, 2001
[6] Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya : Al-Ikhlas, 1993. Hal. 146
[7]  Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2006. hal 28-30
[8] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, jakarta : Gaya Media Pratama. Hal 42-43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar