Daftar Blog Saya

Kamis, 26 September 2013

KONSEP DASAR PSIKOLOGI DALAM KONSELING



KONSEP DASAR PSIKOLOGI DALAM KONSELING
PENDAHULUAN
Psikologi telah lama di dominasi oleh pendekatan empiris terhadap study tentang individu. Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud. Yang kedua adalah Behaviorisme, sedangkan yang ketiga atau disebut juga kekuatan yang ketiga adalah psiko Eksistensial-Humanistik. Tujuan dasar banyak pendekatan Psikoterapi adalah membantu individu  agar mampu bertindak.
Dalam hal ini pembahasan kali ini akan mencoba membahasketiga aliran tersebut, perbedaan dan penangan masalah dari tiap-tiap aliran

A.    Konsep Dasar Psikologi, dan Perbedaannya
1.      Konsep Dasar Psikologi
a.      Psikoanalisa
Aliran ini di prakarsai oleh Sigmund Freud. Dalam aliran ini menyatakan bahwa kebanyakan dari apa yang manusia lakukan dan fikirkan adalah hasil dari keinginan dan dorongan yang mencari permunculan dalam prilaku dan fikiran.
Sumbangan utama dari teori ini yaitu:
§  Kehidupan mental individu menjadi bisa di hadapi
§  Tingkahlaku sering diketahui di tentukan oleh faktor-faktor tak sadar
§  Perkembangan pada masa kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian masa dewasa
§  Menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan
§  Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan trasferensi-transferensi.[1]
b.      Psikobehafiorisme
Perilaku dalam pandangan ini sangat ditentukan oleh pengaruh lingkungannya. Manusia pada dasarnya di bentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.[2] Dilihat dari sejarahnya, konseling behavior tidak dapat dipisahkan dengan riset-riset perilaku belajar pada binatang, sebagaimana yang dilakukan Ivan Pavlov (abad ke-19) dengan teorinya classical conditioning. Berikutnya adalah Skinner yang mengembangkan teori belajar operan, dan sejumlah ahli yang secara terusmenerus melakukat riset dan mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil eksperimennya.
c.       PsikoHumanistik
Aliran ini di prakarsai oleh Abraham Maslow, Rogers, dan jung. Memandang bahwa semua manusia pada dasarnya baik, mempunyai potensi untuk menjadi sehat dan kreatif.[3] Dalam aliran ini menyatakan bahwa ilmuwan perilaku harus belajar meahami manusia sebagai individu, tetapi tetap sebagai makhluk umum dan universal.
Pendekatan eksisitensial meletakkan kebebasan, diterminasi diri, keinginan, dan putusan pada pusat keberadaan manusia. Jika kesadaran dan kebebasan di hapus dari manusia, maka dia tidak lagi hadir sebagai manusia, sebab kesanggupan-kesanggupan itulah yang memberikan kemanusiaan. Pandangan eksistensial adalah bahwa individu, dengan putusan-putusannya, membentuk nasib dan dan mengukir keberadaannya sendiri. Seseorang menjadi apa yang di putuskannya, dan dia harus bertanggungjawab atas jalan hidup yang ditempuhnya.[4]

2.      Perbedaan antar aliran tersebut:
Ø  Aliran psikoanalisa berdasarkan pada pikiran sebagai subjek psikologi, sementara Behavior berdasarkan atas perilaku, dan Humanistik berdasarkan pada kemampuan yang terdapat dalam setiap diri individu.
Ø  Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme memandang pesimistis terhadap kodrat manusia yaitu manusia dianggap sakit/pincang menurut Aliran psikoanalisa dan manusia dianggap tidak memiliki sikap jati diri menurut Aliran Behaviorisme, sementara aliran Humanistik memandang optimistik terhadap kodrat manusiayang menganggap bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk berbuat lebih baik dan berkembang melampaui kekuatan-kekuatn negatif yang potensial menghambat.
Ø  Dalam aliran Psikoanalisa dan Behavioristik, keduanya mengabaikan segala potensi yang berada didalam diri individu, sementara aliran Humanistik menganggap bahwa potensi dalam diri manusia merupakan sumber utama untuk mewujudkan diri menjadi lebih baikm lagi.
Ø  Aliran Psikoanalisa berpendapat bahwa manusia berasal dari konflik masa kanak-kanak dan tekanan-tekanan biologis, sedangkan Aliran Behavioristik berpendapat bahwa manusia berasal suatu sistem kompleks yang bertingkahlaku menurut cara sesuai hukum yang ada  sementara menurut aliran humanistik mengatakan bahwa manusia berasal dari keinginannya untuk menjadi lebih baik melalui kemampuan / potensi yang dimilikinya.[5]


B.     Pandangan Tentang Manusia (Hakikat Manusia)
Tujuan dasar banyak pendekatan Psikoterapi adalah membantu individu  agar mampu bertindak. Dalam hal ini pandangan tantang manusia dilihat dari berbagai pendekatan antaralain:

1.      Psikoanalisis
Berangkat dari teori yang berkembang freud, Manusia dipandang sebagai sistem-sistem energi. Menurt pandangan Freud dinamika kepribadian terdiri dari energi psikis dibagikan kepada id, ego dan superego. prinsip-prisip psikoanalisis tentang hakikat manusia didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut:
§  Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
§  Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari.
§  Padadasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejaklahir.
§  Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan, dan mencari kenikmatan.
§  Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neorosis.
§  Pengalaman tunggal hanya dapat dipahami dengan melihat keseluruhan pengalamanseseorang.
§  Latihan pengalaman masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa.[6]
2.      Psikobehafiorisme
Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan perasaan. Dalam emotif Behavior beranggapan bahwa setiap manusia yang normal memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yangbketiganya yang berlangsung secara simultan. Dalam memandang hakikat manusia behavior memiliki sejumlah asumsi tentang kebahagiaan dan ketidak bahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan perasaan itu antara lain:
§  Pada dasarnya individu adalah unik.
§  Hambatan psikologis atau emotional adalah akibat dari cara berfikir yang irasional.
§  Berfikir irasional diawali dengan belajar tidak logis yang diperoleh dri orang tua dan kultur tempat dibesarkan.[7]
3.      Psikohumanistik
Psikohumanistik berfokus pada pada kondisi manusia. Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berfikir dan memutuskan. Semakin kuat  kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.

C.    Perilaku Bermasalah
1.      Psikoanalisa
Dalam psikoanalisa klasik ada dua faktor yang menyebabkan perilaku bermasalah, yaitu (1) dinamika yang efektif antara id, superego dan ego, dan (2) diperoleh melalui proses belajar sejak kecil
Jika individu dapat menyalurkan keinginan-keinginannya secara wajar yaitu, yang masih berada dalam pengendalian ego yang rasional dan sesuai realitasnya, maka gangguan tidak akan terjadi, anak akan menjadi sehat.[8]
2.      Psikobehavior
Perilaku yang bermasalah dalam pandangan ini dapat dimaknakan sebagaiperilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatifatau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.[9]  
Penyebab gangguan perilaku adalah proses belajar yang salah. Bentuk kesalahan belajar itu ada dua.
Pertama, gagal mempelajari bentuk-bentuk perilaku atau kecakapan adaptif yang diperlukan dalam hidup. Kegagalan ini dapat bersumber dari tidakadanya kesempatan belajar.
Kedua, mempelajari tingkahlaku yang maladaptif. Misalnya, seorang anak yang sesudah dewasa cenderung negatif dan asosial karena dibesarkan ditengah keluarga yang retak dengan ayah pemabuk suka memukuli istri dan anak-anaknya.[10]
3.      Psikohumanistik
Menurut model Humanistik, penyebab gangguan perilaku adalah terhambatnya perkembangan pribadi dan kecenderungan wajar kearah kesehatan fisik dan mental. Hambatan itu sendiri dapat bersumber pada faktor-faktor berikut: (1) penggunaan meknaisme pertahanan diri yang berlebihan, (2) kondisi-kondisi sosial yang tidak menguntungkan serta proses belajar yang tidak semestinya, (3) stres yang berlebihan.[11]

D.    Pendekatan dan Terapi yang di Berikan
1.      Proses terapeutik psikoanalisa
Tujuan terapi psikoanalisa adalah membentuk kembali struktur karakter individual  dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari dalam diri klien.[12] Proses di fokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Analisis terlebih dahulu harus harus membangun hubungan kerja dengan klien, kemudian perlu banyak mendengarkan dan menafsirkan.
2.      Proses terapeutik psikobehafiorisme
Tujuan terapi ini adalah memberikan penghargaan positif tanpa syarat kepada klien karena berpendapat bahwa tidak ada manusia yang terkutuk dalam banyak hal.[13] Prosedur dan terapeutik yang digunakan oleh terapis behavior sesuai khususnya bagi klien tertentu, daripada dipilih secara acak. Terapis seringkali sangat kreatif dalam rancangan intervensi mereka. Menurut Corey taknik-teknik behavior yang dapat digunakan yaitu:
§  Latihan Relaksasi
Relaksasi merupakan suatu metode mengajar orang mengatasi stres yang ditimbulkan oleh kehidupan sehari-hari.
§  Desentisasi sistematis
Adalah suatu teknik yang sesuai untuk perlakukan pobia, dan dapat juga digunakan dipergunakan untuk mengatasi kecemasan.
§  Token Ekonomies
Kupon ekonomi adalah suatu pendekatan behavior berdasarkan atas asas-asas kondisioning operan Skinner, termasuk penguatan.
§  Bentuk-Bentuk Hukuman
Hukuman adalah suatu intervensi kondisioning operan yang mengurangi tingkahlaku yang tidak di kehendaki.
§  Metode-Metode Percontohan (modeling)
Istilah-istilah percontohan (modeling), belajar dengan mengamati (observational lerning), menirukan (imitation), belajar sosial (social lerning), dan belajar dengan mengalami.
§  Program Latihan Asertif
Yaitu merupakan satu bentuk latihan ketrampilan sosial.
§  Program Pengolahan Diri
Yaitu orang membuat keputusan-keputusan berkenaan tingkahlaku khusus yang mereka ingin kendalikan atau rubah.[14]

3.      Proses terapeutik psikohumanistik
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam dunia. Tujuan psikoterapi ini adalah membantu individu mengembangkan kemampuan untuk membuat pilihan dan keputusan secara tepat dan benar, tumbuh dan mencapai pemenuhan diri.  Menurut Buhlerdan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencangkup:
§  Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
§  Menyadari peran dari tanggungjawab terapis
§  Mengakui sifat timbalbalik dari hubungan terapeutik
§  Berorientasi pada pertumbuhan
§  Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
§  Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhirterletak ditangan klien
§  Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan dan nilainya sendiri
§  Bekerja kearah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

E.     Tujuan Konseling
1.    Psikoanalisis
Menurut Corey (2005), tujuan terapi psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individu, dengan cara merekonstruksikan, membahas menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau  Yang terjadi di masa kanak-kanak. Membantu konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi di sadari oleh konseli. Secara spesifik, membawa konseli dari dorongan-dorongan yang di tekan yang mengakibatka kecemasan kearah perkembangan intelektual, menghidupkan lagi masa lalu konseli dngan menembus konflik yang di tekan, memberikan kesempatan pada konseli ntuk menghadapi situasi yang selama ni ia gagal mengatasinya.[15]
2.    Behavior
Tujuan terapi menempati kedudukan amat penting dalam terapi behavior. Tujuan umum terapi behavior adalah menciptakan kondisi baru untuk belajar. Fokus terapi adalah pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sekarang dan apa yang dilakukan untuk merubah tingkahlaku itu[16]. Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang di antaranya :
§  Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
§  Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
§  Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
§  Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
§  Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
§  Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.[17]
3.    Humanistik
Trapi ini bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Dalam buku teori dan praktek konseling psikoterapi oleh Gerald Corey (1999), terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan pemilihan nilai dan kesadaran bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekatan-kekuatan deterministik dari luar dirinya.

F.     Fungsi dan Peran Konselor
1.    Psikoanalisia
Karakteristik konselor dalam psikoanalisis adalah membiyarkan dirinya anonim serata hanya berbagi seikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara yang realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkahlakunya yang impulsif dan irasional. Salah satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan proses arti proses kepada konseli agar mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli mampu mendapatkan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.[18]
2.    Behavior
Terapi behavior harus memikul peranan yang bersifat aktif dan mengarahkan dalam perlakuan. Terapis behavior fungsi khasnya sebagai seorang guru, pengarah dan ahli dalam mendiagnosa tingkahlaku terganggu dan dalam menentukan prosedur perbaikan, yang di harapkan dapat menyebabkan tingkahlaku terbaik.[19]
Hakikatnya  fungsi dan peranan  konselor  terhadap  konseli  dalam  teori behavioral  ini adalah  :
§  Mengaplikasikan  prinsip  dari  mempelajari  manusia  untuk  memberi fasilitas  pada  penggantian  perilaku  maladaptif  dengan  perilaku  yang  lebih adaptif.
§  Menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan  seseorang dari  perilaku yang  mengganggu  kehidupan  yang efektif sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki  sepanjang sasaran itu  sesuai  dengan  kebaikan masyarakat secara umum.[20]
3.    Humanistik
Tugas dalam teraps adalah klien sebagai ada dlam dunia. Karena menekankan pada pengalaman kilien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bis berfariasi, tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yag lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Fungsi utama terapi adalah berusha memahami klien sebagai ada dalam dunia. “ini adalah saat ketika pasiaen melihat dirinya sebagai yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia.”[21]

G.    Pemanfaatan Pengalaman Konseli dalam Proses Konseling
1.    Psikoanalisa
Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan melakukan asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dari kegiatan konseling psikoanalisis.
2.    Behavior
Hal unik dalam konseling Behavioristik adalah adanya peran konseli yang ditentukan dengan baik dan menekankan pentingnya kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses konseling.
Keterlibatan konseli dalam proses konseling dalam kenyataannya menjadi lebih aktif, dan tidak hanya sebagai penerima teknik-teknik yang pasif. Konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku yang baru, sebagai pengganti tingkah laku yang salah suai.
3.    Humanistik
Dalam terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepi-pesepsi tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasan apa yang akan di eksplorasiannya. Memutuskan untuk menjalankan terpi saja sering merupakan tindakan yang menakutkan. Klien dalam terapi ini terlibat dalam pembukaan pintu menuju diri sendiri.




H.    Hubungan Konselor Dengan Konseli
1.    Psikoanalisa
Dalam konseling psikoanalisis terdapat tiga bagian hubungan konselor dengan konseli, yaitu:
Ø  Aliansi
Yaitu sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neorosis (merupakan prakondisi utuk terwujudnya keberhasilan konseling)
Ø  Transferensi
         Pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya, yang di tujukan kepada konselor.
         Merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk di analisis.
         Membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima, menginterpretasikan, dan meresponpengalamannya pada saat ini dalam katannya dengan masa lalunya.
Ø  Kontransferensi
Yaitu kondisi dimana konselor mengembngkan pandangan-pandangan yang tidak selaras dan berasal dari konfliknya sendiri. Konselor harus menyadari perasaannya terhadap klien dan mencegah pengaruhnya yang bisa merusak. Konselor diharapkan bersikap relatif, obyektif dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan emosi kuat lainnya dari konseli.
2.    Behavior
Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan masalah-masalah konseli sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral amat terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari konselor dan konseli.
Konseli harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan aktivitas konseling, baik ketika berlangsung konseling maupun diluar konseling.[22]
Dalam hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
§  Konselor memahami dan menerima konseli
§  Antara konselor dan konseli saling bekerja sama
§  Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.
3.    Humaistik 
Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan di letakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih-alih pada teknik yang mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan “masalah” klien. Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik di fokuskan pada: di sini dan sekarang. Terapis harus membangu hubungan Aku-Kamu, dimna pembukaan diri terapis yang sepontan menunjang pertumbuhan dan keotentikan klien.

I.       Teknik dan Prosedur Konseling
1.    Psikoanalisa
Terdapat empat teknik dasar dala konseling psikoanalisis, yaitu:
Ø  Asosisi Bebas
Pada teknik asosiasi bebas konseli mengalami proses katarsis, dimana ia mendapatkan kebebasan unuk mengemukakan segenap perasaan danpikiran yang terlintas di benaknya, baik yang menyenangkan maupun tidak.
Ø  Analisis Mimpi
Tugas konselor disini adalah untuk menyingkap isi laten yang tergambar dalam isi manifes mimpi konseli, serta mengasosiasikannya guna menyingkap makna-makna terselubung didalamnya.
Ø  Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang menghambat kelangsungan terapi dan mencegah koseling mengungkap alasan-alasan kecemasannya. Penafsiran terhadap resistensi harus dilaksanakan untuk membantu konseli menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi dan kemudian mampu menyelesaikan konfliknya secara realistis.
Ø  Analisis transferensi
Konselor melakukan penafsiran agar konseli mampu menembus konflik masa lalu dan menggarap konflik emotional yang terdapat pada hubungan terapeutiknya bersama sang konselor.[23]
2.    Behavior
Prosedur dan terapeutik yang digunakan oleh terapis behavior sesuai khususnya bagi klien tertentu, daripada dipilih secara acak. Terapis seringkali sangat kreatif dalam rancangan intervensi mereka. Menurut Corey taknik-teknik behavior yang dapat digunakan yaitu:
§  Latihan Relaksasi
Relaksasi merupakan suatu metode mengajar orang mengatasi stres yang ditimbulkan oleh kehidupan sehari-hari.
§  Desentisasi sistematis
Adalah suatu teknik yang sesuai untuk perlakukan pobia, dan dapat juga digunakan dipergunakan untuk mengatasi kecemasan.
§  Token Ekonomies
Kupon ekonomi adalah suatu pendekatan behavior berdasarkan atas asas-asas kondisioning operan Skinner, termasuk penguatan.
§  Bentuk-Bentuk Hukuman
Hukuman adalah suatu intervensi kondisioning operan yang mengurangi tingkahlaku yang tidak di kehendaki.
§  Metode-Metode Percontohan (modeling)
Istilah-istilah percontohan (modeling), belajar dengan mengamati (observational lerning), menirukan (imitation), belajar sosial (social lerning), dan belajar dengan mengalami.
§  Program Latihan Asertif
Yaitu merupakan satu bentuk latihan ketrampilan sosial.
§  Program Pengolahan Diri
Yaitu orang membuat keputusan-keputusan berkenaan tingkahlaku khusus yang mereka ingin kendalikan atau rubah.[24]
3.    Humanistik
Pendekatan ini tidak memiliki teknik-tekik yang di tentukan secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa di pungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya. Metode-metode yang berasal dari terapi Gestalt dan analisis transaksional ering di gunakan dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa di integrasikan dalam pendekatan eksistensial humanistis.

J.      Keterbatasan dan kritik.
1.    Psikoanalisia
Konseling psikoanalisa lebih memandang masa kanak-kanak yang sangat berpengaruh, sehingga tidak ada unsure nik dalam diri seseorang. Sehingga dalam konseling biasanya klien lebih menjadi objek daripada subyek.
2.    Behavior
Beberapa kritik terhadap konseling behavioral adalah:
§  konseling behavioral lebih terkonsentrasi pada teknik
§  meskipun konselor sering menyatakan persetujuan kepada tujuan klien, akan tetapi pemilihan tujuan lebih sering ditentukan oleh konselor.
§  Masalah satu klien sering sama dengan klien lain oleh karena itu tidak menuntut suatu strategi konseling yang unik
§  Bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka, tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral.
3.    Humanistik
Beberapa kritik terhadap konseling humanistik adalah:
§  Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
§  Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
§  Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan di tangan klien sendiri)
§  Memakan waktu lama.[25]















DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung. PT Eresco. Cetakan pertama.1988
Corey, Gerald. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung. PT Eresco. Cetakan ke-lima.2009
Latipun. Paikologi Konseling. Malang. UMM Press. Edisi ketiga.2010
Henryk, Mistik. Psikologi fenomenologi, eksistensial dan humanistic, Bandung: PT.Refika Aditama, Cet 1,2005
Supratiknya. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius, 1995
Supratikyan. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta. Penerbit Kanisisus.2000
Rosjidan. Pengantar Teori-Teori Konseling. Jakarta, 1988
Wihartati, Wening. Modul Psikologi Abnormal. Semarang: 2011
http:// konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
http://adhisusilokons.wordpress.com/20011/04/08/teori-konseling-psikoanalisa/


[1] Corey, Gerald. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi.Bandung: PT.Eresco, 1998, hal, 13
[2] Opcit. Modul Psikologi Abnormal. hlm.30
[3] Wihartati, Wening. Modul Psikologi Abnormal. Semarang: 2011,hlm.29
[4]Opcit. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi.Hal,68
[5] http://alzenapresent.blogspot.com/2009/10/perbedaan-diantara-aliran-psikoanalisa.html
[6] Latipun. Psikologi Konseling. Malang: UMM Pres, 2010,hlm,53
[7] Ibid.  Hlm.78
[8] Ibid. Hlm.54
[9] Ibid. Hlm.89
[10] Supratikyan. Mengenal perilaku abnormal. Yogyakarta: Kanisius,2000,hlm.19
[11] Ibid. hlm.20
[12] Opcit. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi.Hal.36
[13] Opcit. Psikologi konseling.hlm.80
[14]Opcit. Pengantar Teori-Teori Konseling.hlm.241-257
[16] Rosjidan. Pengantar Teori-Teori Konseling. Jakarta, 1988,hlm237
[17] http:// konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
[18] Http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/teori-dan-pendekatan-konseling.html.
[19]Opcit. Pengantar Teori-Teori Konseling.hlm.239
[20] http:// konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
[22]Opcit. Pengantar Teori-Teori Konseling.hlm.241

[24]Opcit. Pengantar Teori-Teori Konseling.hlm.241-257
[25] http://www.psikologizone.com/konseling-terpi-pendekatan-eksistensil/05102012