KONSEP DASAR PSIKOLOGI
DALAM KONSELING
PENDAHULUAN
Psikologi
telah lama di dominasi oleh pendekatan empiris terhadap study tentang individu.
Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalisis
Sigmund Freud. Yang kedua adalah Behaviorisme, sedangkan yang ketiga atau
disebut juga kekuatan yang ketiga adalah psiko Eksistensial-Humanistik. Tujuan
dasar banyak pendekatan Psikoterapi adalah membantu individu agar mampu bertindak.
Dalam
hal ini pembahasan kali ini akan mencoba membahasketiga aliran tersebut,
perbedaan dan penangan masalah dari tiap-tiap aliran
A.
Konsep
Dasar Psikologi, dan Perbedaannya
1.
Konsep
Dasar Psikologi
a.
Psikoanalisa
Aliran
ini di prakarsai oleh Sigmund Freud. Dalam aliran ini menyatakan bahwa
kebanyakan dari apa yang manusia lakukan dan fikirkan adalah hasil dari
keinginan dan dorongan yang mencari permunculan dalam prilaku dan fikiran.
Sumbangan utama dari
teori ini yaitu:
§ Kehidupan
mental individu menjadi bisa di hadapi
§ Tingkahlaku
sering diketahui di tentukan oleh faktor-faktor tak sadar
§ Perkembangan
pada masa kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian masa
dewasa
§ Menyediakan
kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh
individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme yang
bekerja untuk menghindari luapan kecemasan
§ Pendekatan
psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran
melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan
trasferensi-transferensi.[1]
b.
Psikobehafiorisme
Perilaku
dalam pandangan ini sangat ditentukan oleh pengaruh lingkungannya. Manusia pada
dasarnya di bentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.[2]
Dilihat dari sejarahnya, konseling behavior tidak dapat dipisahkan dengan
riset-riset perilaku belajar pada binatang, sebagaimana yang dilakukan Ivan
Pavlov (abad ke-19) dengan teorinya classical conditioning. Berikutnya adalah
Skinner yang mengembangkan teori belajar operan, dan sejumlah ahli yang secara
terusmenerus melakukat riset dan mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil
eksperimennya.
c.
PsikoHumanistik
Aliran
ini di prakarsai oleh Abraham Maslow, Rogers, dan jung. Memandang bahwa semua
manusia pada dasarnya baik, mempunyai potensi untuk menjadi sehat dan kreatif.[3] Dalam
aliran ini menyatakan bahwa ilmuwan perilaku harus belajar meahami manusia
sebagai individu, tetapi tetap sebagai makhluk umum dan universal.
Pendekatan
eksisitensial meletakkan kebebasan, diterminasi diri, keinginan, dan putusan
pada pusat keberadaan manusia. Jika kesadaran dan kebebasan di hapus dari
manusia, maka dia tidak lagi hadir sebagai manusia, sebab
kesanggupan-kesanggupan itulah yang memberikan kemanusiaan. Pandangan
eksistensial adalah bahwa individu, dengan putusan-putusannya, membentuk nasib
dan dan mengukir keberadaannya sendiri. Seseorang menjadi apa yang di
putuskannya, dan dia harus bertanggungjawab atas jalan hidup yang ditempuhnya.[4]
2.
Perbedaan
antar aliran tersebut:
Ø Aliran
psikoanalisa berdasarkan pada pikiran sebagai subjek psikologi, sementara
Behavior berdasarkan atas perilaku, dan Humanistik berdasarkan pada kemampuan
yang terdapat dalam setiap diri individu.
Ø Aliran
Psikoanalisa dan Behaviorisme memandang pesimistis terhadap kodrat manusia
yaitu manusia dianggap sakit/pincang menurut Aliran psikoanalisa dan manusia
dianggap tidak memiliki sikap jati diri menurut Aliran Behaviorisme, sementara
aliran Humanistik memandang optimistik terhadap kodrat manusiayang menganggap
bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk berbuat lebih baik dan berkembang
melampaui kekuatan-kekuatn negatif yang potensial menghambat.
Ø Dalam
aliran Psikoanalisa dan Behavioristik, keduanya mengabaikan segala potensi yang
berada didalam diri individu, sementara aliran Humanistik menganggap bahwa
potensi dalam diri manusia merupakan sumber utama untuk mewujudkan diri menjadi
lebih baikm lagi.
Ø Aliran
Psikoanalisa berpendapat bahwa manusia berasal dari konflik masa kanak-kanak
dan tekanan-tekanan biologis, sedangkan Aliran Behavioristik berpendapat bahwa
manusia berasal suatu sistem kompleks yang bertingkahlaku menurut cara sesuai
hukum yang ada sementara menurut aliran
humanistik mengatakan bahwa manusia berasal dari keinginannya untuk menjadi
lebih baik melalui kemampuan / potensi yang dimilikinya.[5]
B.
Pandangan
Tentang Manusia (Hakikat Manusia)
Tujuan
dasar banyak pendekatan Psikoterapi adalah membantu individu agar mampu bertindak. Dalam hal ini pandangan
tantang manusia dilihat dari berbagai pendekatan antaralain:
1. Psikoanalisis
Berangkat
dari teori yang berkembang freud, Manusia dipandang sebagai sistem-sistem
energi. Menurt pandangan Freud dinamika kepribadian terdiri dari energi psikis
dibagikan kepada id, ego dan superego. prinsip-prisip psikoanalisis
tentang hakikat manusia didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut:
§ Perilaku
pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
§ Sebagian
besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari.
§ Padadasarnya
manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejaklahir.
§ Secara
umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan
ketegangan, menolak kesakitan, dan mencari kenikmatan.
§ Kegagalan
dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neorosis.
§ Pengalaman
tunggal hanya dapat dipahami dengan melihat keseluruhan pengalamanseseorang.
§ Latihan
pengalaman masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa.[6]
2. Psikobehafiorisme
Secara
umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan perasaan.
Dalam emotif Behavior beranggapan bahwa setiap manusia yang normal memiliki
pikiran, perasaan dan perilaku yangbketiganya yang berlangsung secara simultan.
Dalam memandang hakikat manusia behavior memiliki sejumlah asumsi tentang
kebahagiaan dan ketidak bahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan
perasaan itu antara lain:
§ Pada
dasarnya individu adalah unik.
§ Hambatan
psikologis atau emotional adalah akibat dari cara berfikir yang irasional.
§ Berfikir
irasional diawali dengan belajar tidak logis yang diperoleh dri orang tua dan
kultur tempat dibesarkan.[7]
3. Psikohumanistik
Psikohumanistik
berfokus pada pada kondisi manusia. Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berfikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan
semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
C.
Perilaku
Bermasalah
1.
Psikoanalisa
Dalam
psikoanalisa klasik ada dua faktor yang menyebabkan perilaku bermasalah, yaitu
(1) dinamika yang efektif antara id,
superego dan ego, dan (2)
diperoleh melalui proses belajar sejak kecil
Jika individu dapat
menyalurkan keinginan-keinginannya secara wajar yaitu, yang masih berada dalam
pengendalian ego yang rasional dan sesuai realitasnya, maka gangguan tidak akan
terjadi, anak akan menjadi sehat.[8]
2.
Psikobehavior
Perilaku
yang bermasalah dalam pandangan ini dapat dimaknakan sebagaiperilaku atau
kebiasaan-kebiasaan negatifatau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan.[9]
Penyebab gangguan
perilaku adalah proses belajar yang salah. Bentuk kesalahan belajar itu ada
dua.
Pertama, gagal
mempelajari bentuk-bentuk perilaku atau kecakapan adaptif yang diperlukan dalam
hidup. Kegagalan ini dapat bersumber dari tidakadanya kesempatan belajar.
Kedua, mempelajari
tingkahlaku yang maladaptif. Misalnya, seorang anak yang sesudah dewasa
cenderung negatif dan asosial karena dibesarkan ditengah keluarga yang retak
dengan ayah pemabuk suka memukuli istri dan anak-anaknya.[10]
3.
Psikohumanistik
Menurut
model Humanistik, penyebab gangguan perilaku adalah terhambatnya perkembangan
pribadi dan kecenderungan wajar kearah kesehatan fisik dan mental. Hambatan itu
sendiri dapat bersumber pada faktor-faktor berikut: (1) penggunaan meknaisme
pertahanan diri yang berlebihan, (2) kondisi-kondisi sosial yang tidak
menguntungkan serta proses belajar yang tidak semestinya, (3) stres yang
berlebihan.[11]
D.
Pendekatan
dan Terapi yang di Berikan
1.
Proses
terapeutik psikoanalisa
Tujuan
terapi psikoanalisa adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari dalam diri klien.[12]
Proses di fokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa
kanak-kanak. Analisis terlebih dahulu harus harus membangun hubungan kerja
dengan klien, kemudian perlu banyak mendengarkan dan menafsirkan.
2.
Proses
terapeutik psikobehafiorisme
Tujuan
terapi ini adalah memberikan penghargaan positif tanpa syarat kepada klien
karena berpendapat bahwa tidak ada manusia yang terkutuk dalam banyak hal.[13] Prosedur
dan terapeutik yang digunakan oleh terapis behavior sesuai khususnya bagi klien
tertentu, daripada dipilih secara acak. Terapis seringkali sangat kreatif dalam
rancangan intervensi mereka. Menurut Corey taknik-teknik behavior yang dapat
digunakan yaitu:
§ Latihan
Relaksasi
Relaksasi merupakan
suatu metode mengajar orang mengatasi stres yang ditimbulkan oleh kehidupan
sehari-hari.
§ Desentisasi
sistematis
Adalah suatu teknik
yang sesuai untuk perlakukan pobia, dan dapat juga digunakan dipergunakan untuk
mengatasi kecemasan.
§ Token
Ekonomies
Kupon ekonomi adalah
suatu pendekatan behavior berdasarkan atas asas-asas kondisioning operan
Skinner, termasuk penguatan.
§ Bentuk-Bentuk
Hukuman
Hukuman adalah suatu
intervensi kondisioning operan yang mengurangi tingkahlaku yang tidak di
kehendaki.
§ Metode-Metode
Percontohan (modeling)
Istilah-istilah
percontohan (modeling), belajar dengan mengamati (observational lerning),
menirukan (imitation), belajar sosial (social lerning), dan belajar dengan
mengalami.
§ Program
Latihan Asertif
Yaitu merupakan satu
bentuk latihan ketrampilan sosial.
§ Program
Pengolahan Diri
Yaitu orang membuat
keputusan-keputusan berkenaan tingkahlaku khusus yang mereka ingin kendalikan
atau rubah.[14]
3.
Proses
terapeutik psikohumanistik
Tugas
utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam dunia. Tujuan
psikoterapi ini adalah membantu individu mengembangkan kemampuan untuk membuat
pilihan dan keputusan secara tepat dan benar, tumbuh dan mencapai pemenuhan
diri. Menurut Buhlerdan Allen, para ahli
psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencangkup:
§ Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
§ Menyadari
peran dari tanggungjawab terapis
§ Mengakui
sifat timbalbalik dari hubungan terapeutik
§ Berorientasi
pada pertumbuhan
§ Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
§ Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhirterletak ditangan klien
§ Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan dan
nilainya sendiri
§ Bekerja
kearah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
E.
Tujuan
Konseling
1.
Psikoanalisis
Menurut
Corey (2005), tujuan terapi psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali
struktur karakter individu, dengan cara merekonstruksikan, membahas
menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau Yang terjadi di masa kanak-kanak. Membantu
konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal
yang tidak disadari menjadi di sadari oleh konseli. Secara spesifik, membawa konseli
dari dorongan-dorongan yang di tekan yang mengakibatka kecemasan kearah
perkembangan intelektual, menghidupkan lagi masa lalu konseli dngan menembus
konflik yang di tekan, memberikan kesempatan pada konseli ntuk menghadapi
situasi yang selama ni ia gagal mengatasinya.[15]
2.
Behavior
Tujuan
terapi menempati kedudukan amat penting dalam terapi behavior. Tujuan umum
terapi behavior adalah menciptakan kondisi baru untuk belajar. Fokus terapi
adalah pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sekarang dan apa yang
dilakukan untuk merubah tingkahlaku itu[16].
Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi
perilaku konseli, yang di antaranya :
§ Menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
§ Penghapusan
hasil belajar yang tidak adaptif
§ Memberi
pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
§ Membantu
konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan
mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
§ Konseli
belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat
serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
§ Penetapan
tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara
konseli dan konselor.[17]
3.
Humanistik
Trapi
ini bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi
sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka
diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Dalam buku teori dan praktek
konseling psikoterapi oleh Gerald Corey (1999), terapi eksistensial juga bertujuan
membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan pemilihan nilai dan
kesadaran bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekatan-kekuatan
deterministik dari luar dirinya.
F.
Fungsi
dan Peran Konselor
1.
Psikoanalisia
Karakteristik
konselor dalam psikoanalisis adalah membiyarkan dirinya anonim serata hanya
berbagi seikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran
utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran
diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi
kecemasan melalui cara yang realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali
kendali atas tingkahlakunya yang impulsif dan irasional. Salah satu fungsi
utama konselor adalah mengajarkan proses arti proses kepada konseli agar
mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan
kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli mampu mendapatkan kendali
yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.[18]
2.
Behavior
Terapi
behavior harus memikul peranan yang bersifat aktif dan mengarahkan dalam
perlakuan. Terapis behavior fungsi khasnya sebagai seorang guru, pengarah dan
ahli dalam mendiagnosa tingkahlaku terganggu dan dalam menentukan prosedur
perbaikan, yang di harapkan dapat menyebabkan tingkahlaku terbaik.[19]
Hakikatnya
fungsi dan peranan konselor terhadap konseli
dalam teori behavioral ini adalah :
§ Mengaplikasikan
prinsip dari mempelajari manusia untuk memberi
fasilitas pada penggantian perilaku maladaptif
dengan perilaku yang lebih adaptif.
§ Menyediakan
sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan seseorang
dari perilaku yang mengganggu kehidupan yang efektif
sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran
yang dikehendaki sepanjang sasaran itu sesuai dengan
kebaikan masyarakat secara umum.[20]
3.
Humanistik
Tugas
dalam teraps adalah klien sebagai ada dlam dunia. Karena menekankan pada
pengalaman kilien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan
dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bis
berfariasi, tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yag lainnya, tetapi
juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Fungsi
utama terapi adalah berusha memahami klien sebagai ada dalam dunia. “ini adalah
saat ketika pasiaen melihat dirinya sebagai yang terancam, yang hadir di dunia
yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia.”[21]
G.
Pemanfaatan
Pengalaman Konseli dalam Proses Konseling
1.
Psikoanalisa
Konseli
harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan melakukan
asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam
pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dari kegiatan
konseling psikoanalisis.
2.
Behavior
Hal unik
dalam konseling Behavioristik adalah adanya peran konseli yang ditentukan
dengan baik dan menekankan pentingnya kesadaran dan partisipasi konseli dalam
proses konseling.
Keterlibatan
konseli dalam proses konseling dalam kenyataannya menjadi lebih aktif, dan
tidak hanya sebagai penerima teknik-teknik yang pasif. Konseli didorong untuk
bereksperimen dengan tingkah laku yang baru, sebagai pengganti tingkah laku
yang salah suai.
3.
Humanistik
Dalam
terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepi-pesepsi
tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus
memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan
kecemasan-kecemasan apa yang akan di eksplorasiannya. Memutuskan untuk
menjalankan terpi saja sering merupakan tindakan yang menakutkan. Klien dalam
terapi ini terlibat dalam pembukaan pintu menuju diri sendiri.
H.
Hubungan
Konselor Dengan Konseli
1.
Psikoanalisa
Dalam
konseling psikoanalisis terdapat tiga bagian hubungan konselor dengan konseli,
yaitu:
Ø Aliansi
Yaitu sikap klien
kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neorosis (merupakan
prakondisi utuk terwujudnya keberhasilan konseling)
Ø Transferensi
•
Pengalihan segenap
pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya, yang
di tujukan kepada konselor.
•
Merupakan bagian dari
hubungan yang sangat penting untuk di analisis.
•
Membantu klien untuk
mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,
menginterpretasikan, dan meresponpengalamannya pada saat ini dalam katannya
dengan masa lalunya.
Ø Kontransferensi
Yaitu kondisi dimana
konselor mengembngkan pandangan-pandangan yang tidak selaras dan berasal dari
konfliknya sendiri. Konselor harus menyadari perasaannya terhadap klien dan
mencegah pengaruhnya yang bisa merusak. Konselor diharapkan bersikap relatif,
obyektif dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan emosi kuat
lainnya dari konseli.
2.
Behavior
Dalam
kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini
bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan
masalah-masalah konseli sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang
baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral amat terdefinisikan, demikian
pula peranan yang jelas dari konselor dan konseli.
Konseli
harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi
untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan aktivitas konseling,
baik ketika berlangsung konseling maupun diluar konseling.[22]
Dalam
hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
§ Konselor
memahami dan menerima konseli
§ Antara
konselor dan konseli saling bekerja sama
§ Konselor
memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.
3.
Humaistik
Hubungan
terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan di letakkan pada
pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih-alih pada teknik yang
mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang,
bukan “masalah” klien. Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik
di fokuskan pada: di sini dan sekarang. Terapis harus membangu hubungan
Aku-Kamu, dimna pembukaan diri terapis yang sepontan menunjang pertumbuhan dan
keotentikan klien.
I.
Teknik
dan Prosedur Konseling
1.
Psikoanalisa
Terdapat empat teknik
dasar dala konseling psikoanalisis, yaitu:
Ø Asosisi
Bebas
Pada teknik asosiasi
bebas konseli mengalami proses katarsis, dimana ia mendapatkan kebebasan unuk
mengemukakan segenap perasaan danpikiran yang terlintas di benaknya, baik yang
menyenangkan maupun tidak.
Ø Analisis
Mimpi
Tugas konselor disini
adalah untuk menyingkap isi laten yang tergambar dalam isi manifes mimpi
konseli, serta mengasosiasikannya guna menyingkap makna-makna terselubung
didalamnya.
Ø Analisis
Resistensi
Resistensi adalah
sesuatu yang menghambat kelangsungan terapi dan mencegah koseling mengungkap
alasan-alasan kecemasannya. Penafsiran terhadap resistensi harus dilaksanakan
untuk membantu konseli menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi dan
kemudian mampu menyelesaikan konfliknya secara realistis.
Ø Analisis
transferensi
Konselor melakukan
penafsiran agar konseli mampu menembus konflik masa lalu dan menggarap konflik
emotional yang terdapat pada hubungan terapeutiknya bersama sang konselor.[23]
2.
Behavior
Prosedur
dan terapeutik yang digunakan oleh terapis behavior sesuai khususnya bagi klien
tertentu, daripada dipilih secara acak. Terapis seringkali sangat kreatif dalam
rancangan intervensi mereka. Menurut Corey taknik-teknik behavior yang dapat
digunakan yaitu:
§ Latihan
Relaksasi
Relaksasi merupakan
suatu metode mengajar orang mengatasi stres yang ditimbulkan oleh kehidupan
sehari-hari.
§ Desentisasi
sistematis
Adalah suatu teknik
yang sesuai untuk perlakukan pobia, dan dapat juga digunakan dipergunakan untuk
mengatasi kecemasan.
§ Token
Ekonomies
Kupon ekonomi adalah
suatu pendekatan behavior berdasarkan atas asas-asas kondisioning operan
Skinner, termasuk penguatan.
§ Bentuk-Bentuk
Hukuman
Hukuman adalah suatu
intervensi kondisioning operan yang mengurangi tingkahlaku yang tidak di
kehendaki.
§ Metode-Metode
Percontohan (modeling)
Istilah-istilah
percontohan (modeling), belajar dengan mengamati (observational lerning),
menirukan (imitation), belajar sosial (social lerning), dan belajar dengan
mengalami.
§ Program
Latihan Asertif
Yaitu merupakan satu
bentuk latihan ketrampilan sosial.
§ Program
Pengolahan Diri
Yaitu orang membuat
keputusan-keputusan berkenaan tingkahlaku khusus yang mereka ingin kendalikan
atau rubah.[24]
3.
Humanistik
Pendekatan
ini tidak memiliki teknik-tekik yang di tentukan secara ketat.
Prosedur-prosedur terapeutik bisa di pungut dari beberapa pendekatan terapi
lainnya. Metode-metode yang berasal dari terapi Gestalt dan analisis
transaksional ering di gunakan dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis
bisa di integrasikan dalam pendekatan eksistensial humanistis.
J.
Keterbatasan
dan kritik.
1.
Psikoanalisia
Konseling psikoanalisa lebih memandang masa
kanak-kanak yang sangat berpengaruh, sehingga tidak ada unsure nik dalam diri
seseorang. Sehingga dalam konseling biasanya klien lebih menjadi objek daripada
subyek.
2.
Behavior
Beberapa kritik
terhadap konseling behavioral adalah:
§ konseling
behavioral lebih terkonsentrasi pada teknik
§ meskipun
konselor sering menyatakan persetujuan kepada tujuan klien, akan tetapi
pemilihan tujuan lebih sering ditentukan oleh konselor.
§ Masalah
satu klien sering sama dengan klien lain oleh karena itu tidak menuntut suatu
strategi konseling yang unik
§ Bagi klien yang
berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka, tidak
dapat berharap banyak dari konseling behavioral.
3.
Humanistik
Beberapa kritik
terhadap konseling humanistik adalah:
§ Dalam
metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
§ Dalam
pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
§ Terlalu
percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan di tangan
klien sendiri)
§ Memakan
waktu lama.[25]
DAFTAR PUSTAKA
Corey,
Gerald. Teori dan Praktik Konseling dan
Psikoterapi. Bandung. PT Eresco. Cetakan pertama.1988
Corey,
Gerald. Teori dan Praktik Konseling dan
Psikoterapi. Bandung. PT Eresco. Cetakan ke-lima.2009
Latipun.
Paikologi Konseling. Malang. UMM
Press. Edisi ketiga.2010
Henryk,
Mistik. Psikologi fenomenologi,
eksistensial dan humanistic, Bandung: PT.Refika Aditama, Cet 1,2005
Supratiknya. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta:
Kanisius, 1995
Supratikyan.
Mengenal Perilaku Abnormal.
Yogyakarta. Penerbit Kanisisus.2000
Rosjidan.
Pengantar Teori-Teori Konseling. Jakarta,
1988
Wihartati,
Wening. Modul Psikologi Abnormal.
Semarang: 2011
http://
konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
http://adhisusilokons.wordpress.com/20011/04/08/teori-konseling-psikoanalisa/
[1] Corey, Gerald. Teori dan Praktik
Konseling dan Psikoterapi.Bandung: PT.Eresco, 1998, hal, 13
[2] Opcit. Modul Psikologi Abnormal. hlm.30
[3] Wihartati, Wening. Modul
Psikologi Abnormal. Semarang: 2011,hlm.29
[4]Opcit. Teori dan Praktik
Konseling dan Psikoterapi.Hal,68
[5]
http://alzenapresent.blogspot.com/2009/10/perbedaan-diantara-aliran-psikoanalisa.html
[6] Latipun. Psikologi Konseling. Malang:
UMM Pres, 2010,hlm,53
[7] Ibid. Hlm.78
[8] Ibid. Hlm.54
[9] Ibid. Hlm.89
[10] Supratikyan. Mengenal perilaku
abnormal. Yogyakarta: Kanisius,2000,hlm.19
[11] Ibid. hlm.20
[12] Opcit. Teori dan Praktik
Konseling dan Psikoterapi.Hal.36
[13] Opcit. Psikologi
konseling.hlm.80
[16] Rosjidan. Pengantar Teori-Teori
Konseling. Jakarta, 1988,hlm237
[17] http:// konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
[18]
Http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/teori-dan-pendekatan-konseling.html.
[20] http:// konseling4us.wordpress.com/tag/teknik-konseling-behavior/
[25]
http://www.psikologizone.com/konseling-terpi-pendekatan-eksistensil/05102012